Tersenyum Jadi Sedekah yang Bernilai Pahala, Ini Haditsnya

asian muslim family drink a glass of water for breaking the fast in the evening — Hadits tentang tersenyum. Foto: Getty Images/iStockphoto/ferlistockphoto

Jakarta - Senyum adalah ekspresi yang timbul dari gerakan bibir. Tersenyum juga identik dengan cara seseorang mengungkapkan rasa bahagia atau senang. Namun tak sedikit pula orang yang memberikan senyuman palsu untuk menutupi keadaan diri yang sebenarnya dialami.

Dilansir dari buku Membaca Emosi Orang, Paul Ekman memberikan ciri-ciri senyuman asli pada seseorang. Di mana ketika tersenyum matanya berkeriput, pipi yang agak naik, dan gerakan otot yang menarik kedua sudut bibir ke atas.

Dalam KBBI, kata senyum memiliki arti gerak tawa ekspresif yang tidak bersuara untuk menunjukkan rasa senang, gembira, suka, dan sebagainya dengan mengembangkan bibir sedikit.

Tersenyum diibaratkan dengan bersedekah dalam Islam. Yang mana bila dikerjakan memiliki ganjaran yang sama dengan sedekah. Nabi SAW bersabda dalam haditsnya:

تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ

Artinya: "Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah bagimu." (HR Tirmidzi)

Rasulullah memiliki kepribadian yang gemar tersenyum. Hal itu sesuai dengan cerita dari para sahabat yang menjelaskan kesempurnaan budi, kerendahan hati dan kebaikan sikap Nabi.

Dalam Syarah Syama'il Nabi Muhammad karya disebutkan, Qutaibah bin Sa'id telah bercerita kepada kami, ia berkata, "Ibnu Lahi'ah telah bercerita kepada kami dari Ubaidullah bin Al-Mughirah, dari Abdullah bin Al-Harits bin Jaz'i, ia berkata:

مَا رَأَيْتُ أَحَدًا أَكْثَرَ تَبَسُّمًا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم

Artinya: "Aku tidak melihat orang yang lebih sering tersenyum daripada Rasulullah." (HR Baihaqi)

Dikatakan dalam riwayat lain dari Ahmad bin Mani' telah bercerita kepada kami, ia berkata, "Muawiyah bin Amr telah bercerita kepada kami, ia berkata, "Zaidah telah bercerita kepada kami dari Ismail bin Abu Khalid, dari Qais, dari Jarir, ia berkata:

ما حَجبَني رسولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ منذُ أسلمتُ ، ولا رآني إلَّا تبسَّمَ

Artinya: "Rasulullah tidak pernah menghalangiku semenjak aku memeluk Islam dan beliau tidak melihatku kecuali selalu tersenyum kepadaku". (HR Tirmidzi)

Hadits di atas menerangkan bahwa salah satu sahabat yakni Jarir bin Abdullah Al-Bajali mengatakan Rasulullah tidak pernah menghalanginya masuk ke dalam rumah Nabi semenjak ia masuk Islam. Dan Rasul tidak pernah berjumpa dengannya kecuali selalu tersenyum pada Jarir bin Abdullah.