Pernahkah kita memperhatikan secara cermat lambang AS? Di dalam garis-garis lingkaran bundar terdapat gambar elang membentangkan kedua sayapnya sambil menggigit sebuah pita bertuliskan E Pluribus Unum.
Kata ini menjadi motto AS berasal dari bahasa Latin berarti; Bukan banyak, tetapi satu (out of many, one), Satu berasal dari yang banyak (one from many). Dari yang banyak menjadi satu". Kalimat ini terinspirasi dari 10 fragmen Heraclitus: Dari yang satu terjadi segala sesuatu, dan segala sesuatu itu berasal dari yang satu (The one is made up of all things, and all things issue from the one).
Istilah tersebut pertama kali diperkenalkan di dalam mata uang coin di AS, khususnya di negara bagian New Jersey, tahun 1786, kemudian menjadi lambang dalam materai dan perangko di AS, dan terakhir sekarang menjadi symbol pemersatu untuk seluruh negara bagian AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Fenomena Malcolm X |
E Pluribus Unum sesungguhnya mempunyai kemiripan dengan istilah yang amat poluler di Indonesia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika (bercerai berai tetapi tetap satu), sebagaimana pernah dipolulerkan oleh Mpu Tantular dalam kitab Sotagama. Ia seorang pujangga terkenal Jawa pada abad ke 14 dalam periode Majapahit. Hidup di dalam pemerintahan Rajasanagara atau lebih dikenal dengan Hayam Wuruk. Dalam buku itu ia menggoreskan sebuah istilah Bhinneka Tunggal Ika yang sekarang menjadi bagian falsafa leluhur yang menginspirasi konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kita harus menaruh hormat atas beliau karena istilah itu secara psikologis ikut menguatkan kesatuan dan keutuhan bangsa Indonesia.
Dalam Islam, kata E Pluribus Unum dan Bhinneka Tunggal Ika bukan sesuatu yang asing. Bahkan kedua istilah itu sesungguhnya menjadi bagian dari substansi ajaran agama Islam. Terlalu banyak ayat dan hadis menyatakan semangat persatuan dan kesatuan antara sesama makhluk, baik sesama makhluk mikrokosmos (manusia/Bani Adam) maupun dengan makhluk makrokosmos.
Allah SWT menyatakan: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (Q.S. al-Anbiya'/21:30).
Dalam ayat lain dikatakan: 2:213. Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. al-Baqarah/2:213).
Keseluruhan manusia adalah ciptaan istimewa Allah Swt yang wajib untuk dihormati tampa membedakan latar jenis kelamin, etnik, ras, kewarganegaraan, dan agama, sebagaimana ditegaskan dalam ayat: Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Q.S. al-Isra'/17:70).
Dengan demikian, wajar jika Islam dan umat Islam bias dengan mudah diterima oleh kedua negara yang menganut asas yang sama. Baik AS maupun Indonesia, sama-sama mengakui nilai-nilai universal kemanusiaan, sebagaimana halnya yang menjadi inti ajaran Islam yang dipadati dengan ajaran kemanusiaan.
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza