Orang yang suka mengoleksi perangko disebut filatelis. Nama tersebut diambil dari istilah "filateli" yang merupakan studi tentang prangko maupun benda-benda pos lainnya, dan juga merujuk pada pengumpulan benda-benda tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian prangko adalah kertas persegi bergambar yang berfungsi sebagai tanda pembayaran biaya pos dari pengirim.
Kesimpulannya, filatelis adalah sebutan untuk kolektor benda yang berkaitan dengan barang pos. Misalnya, prangko, cap pos, kartu pos, hingga amplop bermeterai.
Filateli dan Sejarah Awal Prangko
Dilansir Britannica, istilah filateli pertama kali diciptakan pada tahun 1864 oleh seorang Prancis, Georges Herpin. Herpin menemukan istilah filateli dari bahasa Yunani yakni "philos", artinya cinta, dan kata "ateleia" berarti bebas pajak.
Pada waktu itu, prangko di surat datang secara cuma-cuma kepada penerima dan menjadikannya tidak kena pajak.
Prangko digunakan pertama kali untuk pembayaran yaitu prangko surat yang diterbitkan di Inggris pada tahun 1840.Prangko tersebut berhasil diusulkan dalam pamflet Post Office Reform (1837).
Berkat gagasan dari Rowland Hill. Dari situ biaya pos kemudian ditentukan biaya dan jarak yang ditempuh dan berat surat. Di sini, Hill membuktikan bahwa biaya transportasi utama yaitu dalam penanganan dan penyortiran surat daripada dalam pengangkutannya.
Prangko awal ini dicetak di atas lembaran kertas tanpa ketentuan agar bisa terpisah satu sama lain. Sehingga, membutuhkan penggunaan pisau atau gunting untuk mengamankan setiap satu prangko.
Kemudian pada tahun 1848-1854, diciptakan sebuah mesin diadaptasi oleh Kantor Pos Inggris untuk menyediakan prangko dengan pemisahan selama pembuatannya. Jadi, sebagian besar prangko sekarang diberi pinggiran lubang kecil, yang disebut perforasi (memungkinkannya untuk dipisahkan dengan mudah).
Mengumpulkan Prangko Sebagai Hobi
Referensi paling awal tentang koleksi prangko diikuti dari sebuah iklan di The Times of London pada tahun 1841. Saat itu, ada seorang wanita muda yang berkeinginan untuk menutupi ruang ganti dengan prangko.
Sekedar akumulasi, lalu dengan cepat peminatan pengumpulan prangko berkembang menjadi pengumpulan sistematis dari berbagai negara.
Daftar katalog prangko pertama diterbitkan pada tahun 1861 oleh Oscar Berger-Levrault di Strasbourg dan Alfred Potiquet di Paris. Sementara, di Inggris ada Frederick Booty, JE Grey, dan Mount Brown.
Mereka semuanya mengeluarkan katalog prangko pada tahun 1862, dan pada edisi ketiga Brown (1866) mencantumkan 2.400 varietas yang sekarang disebut sebagai alat tulis pos (amplop), pembungkus, hingga lembaran surat.
Seorang filatelis tentu harus punya buku tempat menyimpan prangko. Album prangko pertama kali diterbitkan oleh Justin Lallier di Paris pada tahun 1862.
Album prangko pertama tercetak tipikal terdiri dari halaman-halaman yang memuat nama negara serta ruang yang ditentukan untuk prangko yang terakhir dalam urutan tanggal penerbitannya.
Album kosong akan menjadi lembaran folio lepas yang halaman kosongnya memungkinkan para filatelis untuk mengatur prangko sesuai dengan keinginannya.
Dalam menata koleksi prangko, prangko tidak ditempelkan langsung pada halaman album. Tapi, biasanya diamankan dengan engsel beserta kertas tembus pandang persegi panjang kecil yang direkatkan di satu sisi.
Hal tersebut bertujuan agar album mudah ditempelkan dan ditarik dari prangko tanpa menyebabkan kerusakan. Plastik transparan dengan lapisan perekat juga bisa digunakan.
Itu tadi informasi dan penjelasan seputar filatelis yang merupakan sebutan untuk orang yang suka mengoleksi prangko, merawat, dan mempelajari koleksi filateli. Jadi, apakah detikers tertarik menjadi filatelis?
Simak Video "Jejak Sejarah Jersey Timnas Indonesia"
(khq/inf)