.webp)
CEO SpaceX, Elon Musk ingin memiliki kota sejuta umat di Mars pada 2050. Sementara itu, kini belum ada manusia yang pernah menginjakkan kaki di permukaan Mars.
China diketahui berencana mengirimkan tim manusia ke Mars pada 2033. Sementara itu, NASA berencana mengirimkan sejumlah astronaut ke Mars di akhir 2030-an atau awal 2040-an.
Setelah datang ke Mars, rencana selanjutnya kemungkinan membangun koloni. Lantas, apakah manusia bisa tinggal di Mars dan menetap?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemungkinan Manusia Tinggal di Mars
Serkan Saydam, Wakil Direktur Australian Centre for Space Engineering Research, berpendapat bahwa ada kemungkinan manusia bisa tinggal di Mars dalam beberapa dekade mendatang.
Dosen University of New South Wales (UNSW) Sydney ini berpendapat, kunci utama agar manusia bisa sukses tinggal di Mars adalah air. Sebab, air bisa dimanfaatkan untuk pertanian dan menanam bahan pangan di Mars, seperti dikutip dari Live Science.
Insinyur dan peneliti tambang masa depan in menjelaskan, air di Mars bisa diekstraksi dari es dan atau mineral. Hidrogen dari es dan mineral menurutnya juga bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk bahan bakar roket.
Butuh Perkakas dari Bumi
Namun, tidak semua peneliti sepakat atas kemungkinan kolonisasi Mars pada 2050. Louis Friedman contohnya. Insinyur astronautika dan salah satu pendiri organisasi nirlaba The Planetary Society ini menyebut kemungkinan manusia tinggal di Mars cenderung tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Menurut Saydam, manusia memang diperkirakan bisa tinggal di Mars, tetapi tidak sepenuhnya bisa lepas dari Bumi. Ia mencontohkan, perkakas, peralatan, dan truk akan tetap diproduksi di Bumi.
Butuh Penggerak Ekonomi
Supaya penjajahan bertahan secara finansial, Mars perlu menghasilkan sesuatu. Salah satu pilihannya adalah wisata luar angkasa.
Namun, Saydam berpendapat bahwa penambangan mineral adalah kunci keberhasilan kolonisasi Mars. Contohnya, penambangan platinum dari asteroid sekitar bisa mendorong ekonomi ruang angkasa, lalu investasi, dan eksplorasi lanjutan.
Tantangan Radiasi dan Dingin
Mars dinilai sebagai planet pilihan yang paling realistis untuk tempat tinggal di ruang angkasa, namun bukan yang paling baik.
Sebab, atmosfer Mars mengandung lebih dari 95% karbon dioksida sehingga sangat dingin, dengan suhu rata-rata -60 derajat Celcius.
Di samping itu, paparan radiasi di Mars juga berbahaya bagi manusia. Untuk sampai di Mars pun, perjalanan naik pesawat ruang angkasa dari Bumi makan waktu 8,5 bulan.
Kemungkinan Tinggal di Exoplanet
Planet di luar tata surya atau exoplanet diperkirakan akan lebih ramah manusia. Masalahnya, letak exoplanet sangat jauh dari Bumi.
Voyager 1 dan 2 saja , pesawat ruang angkasa tanpa awak yang menjelajah ke luar sistem tata surya, bahkan makan waktu 35 tahun dan 41 tahun untuk sampai di kawasan interstellar (di antara bintang).
Untuk itu, perjalanan ke exoplanet diperkirakan butuh waktu yang lebih lama lagi.
"Planet ekstrasurya terdekat akan memakan waktu puluhan ribu tahun untuk dicapai dengan teknologi saat ini," kata Frederic Marin, seorang ahli astrofisika lubang hitam di Astronomical Observatory of Strasbourg di University of Strasbourg, Prancis.
Namun, ilmuwan simulasi komputer perjalanan interstellar ini berpendapat bahwa kecepatan rata-rata dari catu daya kendaraan ruang angkasa meningkat dengan faktor 10.
Karena itu, seiring meningkatnya teknologi di Bumi, manusia bisa sampai di exoplanet dalam 500 tahun.
Pertanyaannya, bagaimana cara orang bertahan hidup di pesawat ruang angkasa, melahirkan keturunan, dan menjaga keturunan hidup di dalam kapal ruang angkasa? Jika bisa pun, masalah etika dan ketidakpastian perlu diatasi.
(twu/twu)
