Data Storytelling, Bercerita dengan Data yang Mudah Dicerna

- detikEdu
Senin, 13 Sep 2021 13:01 WIB
Dessy Irawan
Dessy Irawan saat ini bekerja sebagai Manajer Produk, Digital, dan Humas Narabahasa. Narabahasa adalah perusahaan penyedia layanan edukasi, konsultasi, aplikasi, publikasi, dan kreasi kebahasaan.
Data Storytelling, Bercerita dengan Data yang Mudah Dicerna (Foto: Getty Images/iStockphoto/Orientfootage)
Jakarta -

Lima persen orang mengingat data, sedangkan 63 persen orang mengingat cerita. Apakah kamu sependapat? Setidaknya itulah yang diutarakan Nancy Duarte dalam bukunya Data Story (2019: 6). Data bersifat dingin, faktual, dan objektif, sedangkan cerita justru sebaliknya. Cerita bersifat hangat, emosional, dan subjektif. Dalam penceritaan data (data storytelling), keduanya akan menyatu dan menghasilkan mahakarya yang menarik perhatian audiens.

Nah, dewasa ini, penceritaan data menjadi salah satu cara yang digunakan untuk menyampaikan sebuah informasi. Perpaduan antara data dan cerita membuat informasi yang hendak disampaikan menjadi mudah dipahami. Selain data dan cerita, ada dua komponen lain dalam penceritaan data. Kita bedah satu per satu, yuk, keempat komponen penceritaan data.

Audiens

Audiens merupakan komponen pertama yang perlu kamu perhatikan saat hendak menghasilkan penceritaan data. Informasi mengenai latar belakang audiens merupakan informasi vital sebab akan berpengaruh terhadap sajian data. Latar belakang audiens bisa berupa usia, gender, pendidikan, minat atau kegemaran, keyakinan atau falsafah, serta kepercayaan. Kamu juga perlu mengetahui, apa tujuan audiens membaca atau menyaksikan penceritaan datamu, misalnya untuk mendapat informasi atau mendapat persuasi.

Data

Usai mengetahui siapa audiensmu, hal berikutnya yang perlu kamu siapkan ialah data. Data dapat digolongkan ke dalam tiga jenis, yakni data yang bersifat deskriptif, prediktif, serta preskriptif. Ketiga jenis data tersebut berbeda sifat dan tujuan. Data deskriptif hanya bersifat menggambarkan keadaan. Data prediktif bersifat kemungkinan yang akan terjadi. Data preskriptif bersifat memberi petunjuk atau ketentuan. Pilihkan jenis data yang akan kamu sajikan sesuai dengan audiens dan tujuannya.

Visual

Setelah merumuskan audiens dan menyiapkan data, hal berikutnya yang perlu kamu susun adalah visual. Bentuk visual beragam, di antaranya infografik, diagram, dan tabel. Untuk beberapa jenis keluaran visual kerap membutuhkan kemampuan khusus dengan perangkat lunak (software) seperti Corel Draw atau Adobe Photoshop. Namun, kamu tidak perlu khawatir. Kamu tetap bisa menghasilkan penceritaan data dengan berbekal Microsoft PowerPoint melalui fitur pembuatan diagram atau tabel.

Cerita


Selain data, inilah komponen kunci dari penceritaan data. Cerita, khususnya cerita yang berbasis empati, akan membuat datamu tidak gersang dan mudah meresap ke benak penerima. Itulah keajaiban cerita. Cerita akan memancing keingintahuan penerima. Misal, kamu hendak menyajikan data korban virus Covid-19. Kamu bisa menyisipkan cerita singkat tentang perjuangan tenaga kesehatan. Sisipan cerita tersebut bisa dikemas melalui narasi yang berima, misalnya "Data ini bukan sekadar angka. Di dalamnya ada perjuangan dari mereka yang berupaya mempertahankan nyawa." Ada lima elemen dasar cerita, yaitu gagasan, karakter, konflik, plot, dan latar. Cobalah gali kelima elemen tersebut dalam data yang kamu punya.

Demikianlah empat komponen penceritaan data. Ketika keempatnya menyatu padu, niscaya sekompleks apa pun informasi yang kamu berikan akan mudah dicerna oleh penerima. Jadi, siapkah kamu membuat penceritaan data?



Simak Video "Video: Suasana Pecah Saat Denny Cagur Melawak di Depan Mendikdasmen"

(erd/erd)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork