Benteng Tujuh Lapis atau Benteng Ranu Hitu (Bahasa Tetun) atau Benteng Makes berada di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Benteng ini adalah satu dari sekian banyak situs wisata peninggalan sejarah di NTT.
Benteng itu adalah saksi bisu perlawanan suku Belu terhadap bangsa Eropa di nusantara. Simak yuk sejarah dan fakta-fakta menarik tentang Benteng 7 Lapis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Benteng Makes
![]() |
Benteng Tujuh Lapis sudah ada sebelum Portugis menginjakkan kaki di Nusantara. Benteng itu dibangun oleh penduduk asli Pulau Timor. Karena dibangun sebelum era penjajahan, benteng itu menjadi saksi bisu perang antarsuku di NTT.
Disebut Benteng Tujuh Lapis karena punya tujuh lapis pintu masuk dan beberapa lorong yang arahnya ke luar benteng. Beberapa suku seperti Suku Sri Gatal, Suku Monesogo, dan Suku Loos pernah terlibat konflik untuk memperebutkan benteng itu.
Mereka mengatur strategi dan berlatih ilmu kebal di benteng itu sebelum maju ke garis depan pertempuran melawan suku lain hingga penjajah dari Eropa. Hingga pada 1990-an, Benteng Makes juga menjadi saksi bisu konflik antara Indonesia dengan Timor Leste.
Lokasi Benteng Makes
![]() |
Benteng Makes berlokasi di Kecamatan Lamaknen, Desa Dirun. Hanya berjarak 2 kilometer (km) dari Dusun Nuawa'in, Desa Dirun. Jika berangkat dari Kota Atambua, benteng itu dapat dicapai dengan perjalanan selama 1,5 jam.
Benteng Makes dapat diakses menggunakan dua rute. Rute pertama melalui Desa Dirun. Rute lainnya, melewati Desa Halamodok. Ada upacara adat yang wajib digelar untuk membuka jalan atau pintu menuju benteng.
Benteng Makes yang berada di Kecamatan Lamaknen, dianggap strategis untuk aktivitas pengintaian dan pengawasan di perbatasan Indonesia dan Timor Leste oleh masyarakat sipil maupun militer.
Daya Tarik Benteng Makes
![]() |
Seusai namanya, benteng itu terletak di Bukit Makes. Secara fisik, benteng itu punya arsitektur pertahanan berupa tembok melingkar sebanyak tujuh lapis. Ada tembok melingkar yang mengelilingi sebuah benda di tengah yang tampak seperti batu nisan.
Ada sebuah meriam tua bekas peninggalan Portugis, beberapa kuburan raja di dalam benteng, dan batuan alam yang menjadi bahan baku tembok banteng itu. Karena posisinya berada di bukit, ada pemandangan indah yang dapat dinikmati dari sekitaran benteng.
Ada juga makam pemimpin Kerajaan Dirun, Raja Dasi Manu Loeq, di areal dalam benteng itu. Raja Dasi Manu Loeq adalah raja pertama di Kerajaan Dirun yang dianggap pahlawan oleh warga sekitar.
(nor/hsa)