Candi Gunung Kawi merupakan salah satu wisata yang dapat menjadi pilihan tepat jika mendambakan menikmati situs arkeologi sambil berwisata. Candi Gunung Kawi juga menjadi wisata edukasi dengan rupa candi yang dipahat tepat pada dinding batu di tebing Sungai Pakerisan.
Tempat ini sangat diminati terutama oleh wisatawan mancanegara. Wisata Candi Gunung Kawi banyak diminati karena memiliki daya tarik tersendiri. Banyak sejarah hingga pesonanya yang menakjubkan.
LOKASI
Wisata Candi Gunung Kawi terletak di Banjar Penaka, Desa Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Dari Bandara Internasional Ngurah Rai, destinasi ini berjarak sekitar 53 kilometer atau kurang lebih dua jam perjalanan.
Anda dapat menempuh rute Jalan Bypass Ngurah Rai untuk menghindari kemacetan untuk menuju Batubulan, Gianyar. Sepanjang perjalanan pemandangan pantai memanjakan mata.
HARGA TIKET MASUK
Harga tiket masuk ke destinasi wisata ini Rp 30 ribu untuk wisatawan domestik. Sedangkan wisatawan mancanegara dibanderol Rp 50.000.
Candi Gunung Kawi buka setiap hari mulai pukul 07.00 Wita-18.00 Wita. Wisatawan wajib mengenakan pakaian adat Bali dan tidak diperkenankan sembarangan naik ke tempat-tempat yang disucikan. Jika ingin masuk ke area suci, alas kaki harus dilepaskan.
KISAH CANDI GUNUNG KAWI
Berdasarkan sejarahnya, Pura Gunung Kawi Tampaksiring merupakan sthana atau tempat pemujaan Raja Bali bernama Anak Wungsu, yang sekaligus putra dari Raja Udayana. Alkisah Raja Udayana dan permaisuri Gunapriya Dharmatpatni memiliki tiga putra.
Airlangga sebagai putra sulung dan merupakan Raja Kediri di Jawa Timur. Kemudian, Marakata dan Anak Wungsu yang meneruskan tahta Raja Udayana di Bali. Setelah Raja Udayana wafat, Marakata menggantikan posisinya sebagai Raja Bali pada 1025 Masehi. Marakata kemudian digantikan adiknya, Anak Wungsu pada 1049-1080 Masehi.
Raja-raja yang telah wafat konon distanakan di Candi Gunung Kawi Tampaksiring. Pada dinding candi ditemukan tulisan Kediri Kwadrat yang berbunyi 'Haji Lumang Ing Jalu', yang berarti raja yang diabadikan di Jalu.
Sedangkan di kuil kedua terdapat tulisan yang berbunyi 'Rwa Nak Ira', yang bermakna dua putranya. Dapat disimpulkan candi terbesar adalah kuil Udayana dan kuil kedua anak-anaknya.
Selain itu, di bagian selatan Candi Gunung Kawi terdapat campuhan yang merupakan pertemuan dua sungai yaitu Sungai Pakerisan dan Bulan. Berdasarkan kepercayaan masyarakat Hindu, campuhan itu untuk memurnikan diri. Hingga kini, orang-orang masih percaya dan tetap menggunakan air suci atau tirta di Candi Gunung Kawi untuk upacara keagamaan.
PESONA
Wisata Gunung Kawi menyajikan pemandangan indah selain bangunan bersejarahnya. Dinding batu Candi Gunung Kawi dipahat menjadi 10 candi dengan dikelilingi area persawahan bertingkat atau dikenal dengan sistem subak.
Setelah membayar tiket dan mengenakan pakaian adat Bali, anda akan menuruni ratusan anak tangga hingga mencapai area Candi Gunung Kawi. Setelah masuk, anda akan melihat langsung kemegahan candi yang terpahat di tebing batu tinggi. Juga dapat menikmati sejuknya lingkungan karena masih asri dan pepohonan hijau tumbuh subur.
Artikel ini ditulis oleh Dewa Gede Kumara Dana, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Simak Video "Video: Cicipin Donat Viral di Tebet, Adonan Empuk-Rasa Beragam!"
(irb/irb)