Naiknya harga cabai di pasaran disambut bahagia para petani di Jembrana. Salah satunya di Desa Medewi, Jembrana.
Harga komoditi cabai di pasar hingga Rp 50 ribu per kilogram (Kg). Kenaikan harga ini menjadi dampak positif bagi petani. Karena petani di Jembrana mendapat penghasilan lebih.
"Sebenarnya saya bukan karena harga cabai mahal baru menanam cabai, tetapi berpikir bagaimana caranya dalam satu lahan bisa mendapatkan 2 penghasilan. Yaitu dengan cara di sela-sela tanaman pepaya, bisa ditanam bibit cabai," kata I Komang Suartika (47) salah satu petani cabai asal Desa Medewi, Senin (12/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan lahan seluas 50 are, kata Suardika, dirinya saat ini menanam sebanyak 4 ribu pohon cabai dengan hasil panen yang diperoleh sebanyak 400 kg dengan estimasi harga di petani sebesar Rp 45 ribu.
"Di sela sela menanam cabai saya juga menanam pepaya sebanyak 800 pohon, dengan sistem tumpang sari," kata Suartika.
Menurutnya, saat ini harga komoditi cabai yang berada di pasaran memang membantu petani meraih penghasilan yang lebih tinggi. Namun, kenaikan ini juga berimbas pada perawatan tanaman pohon cabai.
"Iya kenaikan harga bagus. Tapi perawatan pohon cabai, pupuk dan lainnya juga pasti kena imbasnya," ungkapnya.
Suartika juga menyampaikan, menanam cabai ini memanfaatkan lahan yang kosong pada pohon pepaya yang ia tanam. "Saya manfaatkan jarak tanam pepaya yang kosong. Saya isi cabai saja. Tapi hasilnya lumayan untuk tambahan," ujarnya.
Dengan memanfaatkan lahan tersebut, Suartika membuktikan kalau dalam satu lahan tersebut bisa mendapatkan hasil secara maksimal yakni panen cabai dan panen pepaya.
"Dengan kenaikan harga cabai yang melambung tinggi dan berharap tingginya harga cabai bisa menutupi kebutuhan harga ditingkat petani," pungkasnya.
Suartika berharap, dengan kenaikan harga cabai di pasaran, saat ini, bisa membantu penghasilan para petani. Selain itu, niat tanam petani cabai juga kembali bergairah, sehingga dari sisi pengendalian harga bisa dicapai.
(kws/kws)