Calon gubernur (cagub) Bali, Made Muliawan Arya alias De Gadjah, bercerita jika ia bersama pasangannya, Putu Agus Suradnyana (PAS), telah berkeliling Bali selama dua bulan lebih. Mulia-PAS berkeliling Pulau Dewata setelah ditunjuk sebagai calon gubernur dan wakil gubernur Bali oleh Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) sekaligus Presiden RI, Prabowo Subianto.
Selama dua bulan berkeliling, De Gadjah mengungkapkan mendapatkan banyak aspirasi dari masyarakat terkait permasalahan yang dihadapi Bali saat ini.
"Kami menemukan beberapa potret kelam Bali yang kami rangkum dari aspirasi dan masukan masyarakat semua," kata De Gadjah dalam uji publik yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswaβ£ Republik Mahasiswaβ£β£ Universitas Pendidikan Ganesha (BEM Rema Undiksha) di Auditorium Undiksha Singaraja, Buleleng, Selasa (5/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
De Gadjah mengungkapkan Bali mengalami kekurangan air bersih. Bahkan menurutnya, sudah terancam mengalami krisis air. Selain itu, ia juga menyoroti soal penanganan sampah yang belum maksimal. Kemacetan di Bali juga tidak luput dari sorotannya.
"Bali banyak sampah dan mulai macet parah, pembangunan infrastruktur di Bali yang masih belum merata," terang Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gerindra Bali itu.
Ia menyontohkan pembangunan juga belum merata akibat bandara Bali utara sebelumnya gagal dibangun. Padahal, kata De Gadjah, pembangunan bandara baru di Buleleng bisa memberikan pemerataan ekonomi di Pulau Dewata.
De Gadjah juga menilai strategi pembangunan infrastruktur di Bali sudah salah arah sehingga menyebabkan defisit anggaran sebesar Rp 1,9 triliun. Walhasil, Bali harus membayar utang pemulihan ekonomi nasional (PEN) sebesar Rp 245 miliar.
Selain itu, De Gadjah juga menyebut lingkungan Bali yang mulai rusak parah. Salah satu contohnya, yakni seperti pengerukan di Canggu dan pengerukan tebing di Pecatu. "Lingkungan Bali mulai rusak parah, tata ruang Bali yang makin amburadul, dan terjadinya degradasi kualitas bentang alam," katanya.
Tak hanya itu, Ketua Umum Persatuan Tinju Amatir (Pertina) Bali itu juga menilai sektor olahraga tidak mendapat perhatian. Bahkan, Piala Dunia U20 di Bali gagal diselenggarakan karena ada penolakan dua kepala daerah.
"Pada saat itu, Pak Jokowi padahal mengeluarkan anggaran besar untuk merevitalisasi 22 stadion, termasuk di Bali, agar bisa menggelar piala dunia. Akhirnya dibawa ke ranah politik ditolak dua oknum yang tidak bertanggung jawab sehingga adik-adik kita yang ingin berlaga di Piala Dunia terkubur mimpinya dan juga uang negara yang sudah sekian besar kerugian menjadi kerugian besar,"ungkap De Gadjah.
"Selain itu, pelaku pariwisata yang utamanya di Bali pada saat itu pasca-Covid sangat berharap akan tamu akhirnya batal datang ke Bali sangat merugikan kita," tegas De Gadjah.
(hsa/hsa)