Visi Ansy-Jane, yaitu 'NTT Bangkit Melejit, Berdaya Saing dan Berkelanjutan'. Sementara misinya, yaitu mewujudkan tata kelola pemerintah yang bersih, transparan dan inovatif; kolaboratif yang berorientasi pelayanan publik yang inklusif; dan meningkatkan daya saing ekonomi kerakyatan, dan ekonomi kreatif untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran.
Ansy mengatakan sesuai tema debat malam ini, yaitu mengenai pelayanan publik, maka harus melakukan dan melaksanakan pembangunan serta pemberdayaan rakyat. Menurutnya, fungsi utama dari pemerintah adalah melahirkan pelayanan publik yang baik dan beriman.
"Memimpin berarti melayani dan sejatinya adalah pelayan, maka pilkada ini merupakan ajang dan mekanisme demokratis untuk memilih pelayan rakyat," ujar Ansy.
Sehingga, Ansy berujar, dalam program NTT Menyala, maka Ansy-Jane menempatkan NTT harus bersih melayani sebagai program pertama. Fokus utama adalah menghadirkan reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel, dan berorientasi melayani.
"Masyarakat NTT, kami hadir untuk menjadi pelayan bagi Anda sekalian. Untuk mewujudkan program kami, maka pemimpin harus memimpin proses transformasi birokrasi agar menghadirkan birokrasi yang memenuhi hak spirit dan kualifikasi," jelas Ansy.
Menurut Ansy, spirit birokrasi yang bersih adalah bersih dari KKN dan konflik of interest. Birokrasi yang transparan adalah terbuka dan mudah diakses oleh publik. Birokrasi yang akuntabel adalah yang selalu rutin dan berkala memberikan laporan hasil kerja kepada masyarakat yang merupakan sang empunya kedaulatan. Selanjutnya, birokrasi yang profesional adalah yang selalu hadir sebagai pelayan publik.
"Saya telah menjalankan semua ini, saat menjadi anggota DPR RI, secara rutin, maka setiap enam bulan sekali saya memberikan laporan kinerja sebagai bukti transparansi dan akuntabilitas. Saya juga tidak akan menerima uang yang tidak ada potongan pajak. Hari ini NTT membutuhkan hal ini," ungkap Ansy.
Jane Natalia menambahkan latar belakangnya adalah politikus dan pengusaha. Dia menekankan rakyat adalah raja sehingga pemimpin seharusnya sebagai pelayan bagi rakyat.
"Jadi kami bukan pemimpin yang pamer kesombongan, kami adalah pemimpin yang melayani rakyat," kata Jane.
Diketahui, debat perdana tersebut dipanel oleh tiga panelis dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, yaitu Rudy Rohi, staf pengajar di Prodi Ilmu Politik Universitas Undana Kupang, Detji K E R Nuban, Koordinator Pusat Studi HAM, Gender, Anak dan Kependudukan LP2M Undana, dan Laurensius P Sayrani, koordinator Prodi Doktor Administrasi Publik Fisip Undana.
(iws/gsp)