Pengamat politik dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Denpasar I Nyoman Subanda menilai dukungan dari tokoh puri di Bali tidak berpengaruh signifikan bagi raihan suara pasangan calon (paslon) yang berlaga dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Ia menyebut keluarga bangsawan itu memiliki preferensi politik yang berbeda meski berasal dari puri yang sama.
"Puri di seluruh Bali ini nggak sama, aliran politiknya nggak sama. Kemudian pengaruhnya (dalam politik) juga nggak sama," ujar Subanda kepada detikBali, Rabu (9/10/2024).
Meski begitu, Subanda menilai ada beberapa tokoh puri yang memiliki basis massa atau latar belakang politik di Bali. Misalkan, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace dari Puri Ubud. Cok Ace pernah terpilih sebagai Bupati Gianyar periode 2008-2013 dan Wakil Gubernur Bali periode 2018-2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Demikian pula Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga dari Puri Satria Denpasar. Puspayoga sempat menjabat sebagai Wali Kota Denpasar periode 2000-2008 dan Wakil Gubernur Bali pada 2008-2013.
Subanda lantas mencontohkan Pemilihan Bupati (Pilbup) Gianyar dan Pilbup Klungkung 2018. Kedua kabupaten tersebut dikenal dengan pengaruh purinya yang kuat. Meski begitu, calon dari kedua puri kalah dengan calon dari luar puri pada pilbup yang lalu.
"Artinya bargaining position puri itu tergantung puri dan tergantung tokohnya," ujar Subanda.
Hal serupa juga terjadi ketika Pemilihan Gubernur (Pilgub) Bali 2018. Kala itu, duet I Wayan Koster-Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati (Koster-Ace) berhasil mengalahkan Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra-Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta). Kala itu, Koster-Ace meraup 1.213.075 suara (57,68 persen) dan Mantra-Kerta 889.930 suara (42,32 persen).
"Dulu Cok Rat (Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi dari Satria) mendukung Rai Mantra, tapi dikalahkan oleh Koster karena mesin politiknya lebih besar," imbuh Subanda.
Subanda menjelaskan dukungan tokoh puri itu harus dilihat dari ketokohan dan seberapa besar basis massanya. Menurutnya, efek dari mesin partai juga masih dibutuhkan dibandingkan dukungan dari puri.
"Puri itu tidak terlalu berpengaruh. Meskipun berpengaruh, belum tentu mengalahkan mesin partai, belum tentu diikuti oleh puri-puri yang lain," pungkasnya.
Sebelumnya, paslon gubernur dan wakil gubernur Bali, Made Muliawan Arya-Putu Agus Suradnyana (Mulia-PAS) melakukan safari politik ke sejumlah puri di Bali. Ia berkunjung ke Puri Saren Agung Ubud pada Jumat (4/10/2024). Dalam kesempatan tersebut, keduanya bertemu dengan Cok Ace.
Setelah itu, Mulia-PAS kembali mengunjungi Puri Agung Pemecutan Badung pada Selasa (8/10/2024). Keduanya meminta restu untuk maju dalam Pilgub Bali 2024 kepada tokoh puri, termasuk Penglingsir Puri Agung Pemecutan Badung Ida Anak Agung Ngurah Putra Darmanuraga.
(iws/gsp)