Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Sinta Agathia Iqbal, menyoroti maraknya aksi catcalling atau pelecehan seksual verbal di kawasan pariwisata di NTB. Akibatnya, banyak wisatawan yang enggan datang kembali ke NTB.
Hal itu diungkapkan Sinta saat seminar nasional bertajuk 'Mewujudkan Sinergi dan Harmoni Gender dalam Pariwisata: Sinergi dan Implementasi Pengarusutamaan Gender Menuju Industri Pariwisata yang Inklusif dan Berkeadilan' di Poltekpar Lombok, Senin (17/11/2025).
Sinta mengungkapkan pelaku tindakan catcalling acap kali berlindung dengan menyalahkan cara berpakaian perempuan. "Itu juga menjadi tidak tepat karena memang harusnya orang-orang yang melakukan tindakan harassment seperti catcalling itulah yang harus menjaga dirinya," ujarnya.
Ia menuturkan catcaling seperti siulan hingga komentar tak pantas sering kali terjadi karena spontanitas ketika seseorang melihat orang asing. Namun, ia menegaskan bahwa tindakan seperti itu tidak boleh dilakukan.
Sinta menyebut catcalling terjadi karena kualitas sumber daya manusia (SDM) yang masih rendah. Ia mengatakan pembelaan para pelaku dengan menyalahkan cara berpakaian korban tak bisa diterima. Sebab, banyak juga perempuan yang berpakaian tertutup menjadi korban pelecehan seksual.
"Yang penting itu sekarang bagaimana kita saling menjaga. Perempuan menjaga diri, laki-laki seharusnya mereka tahu betul itu tidak boleh dilakukan," imbuhnya.
Sinta mengingatkan aksi pelecehan secara fisik maupun verbal berdampak buruk bagi dunia pariwisata. Ia pun meminta warga NTB untuk saling jaga agar hal seperti itu terjadi. Sebab, dia melanjutkan, kemajuan pariwisata di NTB tergantung dari sikap manusianya.
"Semua masyarakat NTB harus bisa saling mendukung supaya pariwisata kita lebih baik ke depannya," ujarnya.
Simak Video "Video: Pelajar di Lombok Ditemukan Tewas Usai Terseret Air Bah "
(iws/iws)