Walhi Temukan Limbah Penyulingan Air PT TCN Cemari Laut Gili Meno

Walhi Temukan Limbah Penyulingan Air PT TCN Cemari Laut Gili Meno

Ahmad Viqi - detikBali
Sabtu, 12 Okt 2024 22:25 WIB
Lokasi limbah PT TCN di Gili Meno. (Humas Walhi NTB)
Foto: Lokasi limbah PT TCN di Gili Meno. (Humas Walhi NTB)
Lombok Utara -

Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Nusa Tenggara Barat (NTB) menemukan limbah penyulingan air milik PT Tiara Cipta Nirwana (TCN) mencemari pantai di kawasan Gili Meno, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara.

"Ya kami menemukan limbah penyulingan air laut dengan salinitas tinggi telah mencemari perairan Gili Meno," kata Direktur Walhi NTB Amri Nuryadin seusai melakukan investigasi ke Gili Meno, Sabtu (12/10/2024).

Amri menduga cairan yang dibuang ke laut tersebut mempercepat proses kerusakan terumbu karang serta mengancam keberlangsungan ekosistem laut. Padahal laut menjadi sumber kehidupan utama bagi penduduk Gili Meno.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudah banyak kerusakan terumbu karang yang diduga kuat terjadi akibat aktivitas PT TCN," ujarnya.

Selain masalah lingkungan, Walhi NTB juga menyoroti adanya upaya pembungkaman warga yang kritis terhadap aktivitas PT TCN. Amri berujar ada 11 warga dipanggil oleh polisi untuk klarifikasi aktivitas perjuangan warga terkait akses air bersih.

ADVERTISEMENT

"Kami menyerukan kepada pemerintah agar melindungi hak mereka untuk menyuarakan pendapat tanpa ancaman atau tekanan," katanya.

Kepala Dusun Gili Meno, Masrun, mengatakan telah menyelam di lokasi dan melihat sendiri dampak negatif dari operasi PT TCN tersebut. Pembangunan instalasi air PT TCN yang direncanakan sebelumnya berdekatan dengan coral garden, spot wisata utama di Gili Meno yang kerap dikunjungi wisatawan mancanegara.

"Kami masyarakat Gili Meno dengan tegas menuntut agar pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk mengatasi krisis ini," katanya.

Menurut dia, pencabutan izin oleh Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) merupakan langkah yang tepat. Meski dicabut, PT TCN harus bertanggung jawab atas kerusakan yang ditimbulkan dan diwajibkan untuk melakukan rehabilitasi ekosistem terumbu karang yang telah rusak.

"Warga pun mendesak agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Utara memastikan hak warga Gili Meno atas akses air bersih yang terjangkau dan aman. Darurat air bersih tidak bisa lagi dibiarkan berlarut-larut tanpa solusi yang jelas," tegasnya.

Marsun juga meminta agar pemerintah mencari solusi jangka panjang agar krisis air bersih di Gili Meno tidak berlarut-larut. "Tentu tanpa merusak ekosistem laut dan sumber daya alam," ujarnya.

Dia menegaskan darurat air bersih di Gili Meno yang sudah berlangsung sejak 6 bulan lalu membuat aktivitas warga memburuk. "Pasokan air bersih yang seharusnya menjadi hak dasar masyarakat kini berubah menjadi komoditas mahal yang harus dibeli dari daratan," tegasnya.

Sebelumnya, Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Lombok Utara Vicky Hanoi mengatakan krisis air bersih di tiga gili juga mengakibatkan para pengusaha hotel dan restoran merugi hingga puluhan juta setiap hari.

"Jika situasi ini terus terjadi (krisis air) beberapa pengusaha ini akan menutup properti di sana. Kenapa, karena semua pengusaha merugi," kata Vicky ditemui di Kota Mataram, Sabtu siang (12/10/2024).

Menurut Vicky jika semua hotel dan restoran di tiga gili tutup akan ada pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada hampir 4.000 pekerja. Selain berdampak kepada PHK ribuan karyawan, krisis air juga akan mencoreng citra pariwisata di NTB.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads