PT Telkom melalui anak usahanya, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel, mengembangkan inovasi Flying Tower System (FTS) untuk meningkatkan layanan telekomunikasi yang merata dan berkualitas tinggi di Indonesia. FTS adalah teknologi pesawat tanpa awak bertenaga surya yang menggunakan teknologi Zephyr High Altitude Platform Station (HAPS) dari anak usaha Airbus, AALTO HAPS Ltd. (AALTO).
Adapun Mitratel adalah perusahaan digital infrastruktur telekomunikasi terbesar di Indonesia. Mitratel yang membangun BTS di Indonesia yang digunakan sejumlah operator seluler.
"Kerjasama antara Mitratel dan AALTO ini merupakan upaya kami dalam mendukung rencana pemerintah Indonesia untuk memberikan akses yang merata terhadap telekomunikasi berkualitas tinggi bagi seluruh masyarakat," kata Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko saat Media Gathering di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (5/8/2024) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang disapa Teddy ini menjelaskan akses internet dapat meningkatkan kualitas hidup sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah. Oleh karena itu, Mitratel merintis berbagai inisiatif dan mengadopsi teknologi baru yang memungkinkan perusahaan itu untuk memperluas jaringannya secara efektif, salah satunya dengan FTS.
"Mitratel senantiasa berkomitmen untuk tetap menjadi yang terbaik dan tumbuh berkelanjutan dalam mendukung pemerataan dan kedaulatan digital di Indonesia," kata Teddy.
Teknologi Zephyr HAPS merupakan terobosan baru dalam teknologi telekomunikasi yang menyediakan sistem layanan komunikasi dan pengawasan yang beroperasi di ketinggian stratosfer (sekitar 20 km di atas permukaan bumi). HAPS mirip dengan satelit tetapi dengan biaya operasional yang lebih rendah dan fleksibilitas yang lebih tinggi.
Berfungsi sebagai menara di langit yang dapat terintegrasi ke dalam jaringan operator seluler, teknologi ini memberikan banyak manfaat teknologi dan ekonomi dibandingkan dengan solusi terestrial dan satelit tradisional. Dengan area cakupan sekitar 7.500 kilometer persegi, setara 250 menara. Hal ini menjadikannya solusi ideal untuk memperluas cakupan di daerah yang jarang penduduknya atau medan yang menantang.
Beberapa keunggulan FTS dibandingkan dengan teknologi non-Terrestrial Network lainnya, yakni biaya operasional lebih murah dibandingkan peluncuran dan pemeliharaan satelit; feksibilitas, yakni mudah digerakkan dan diposisikan ulang sesuai kebutuhan; dan kapasitasnya mampu memberikan layanan komunikasi yang stabil dan berkualitas tinggi di area yang luas.
"Kolaborasi dengan AALTO akan memampukan Mitratel untuk memiliki teknologi yang akan memudahkan dalam melayani dan membuka akses telekomunikasi di daerah daerah terpencil, terluar dan terjauh tanpa harus membangun menara dan fiber di daerah daerah tersebut," tegas Teddy.
(nor/nor)