Sejumlah duta besar (dubes) negara asing digigit nyamuk saat berkunjung ke Parapuar di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Tenggara Timur (NTT), Sabtu (29/6/2024) pagi. Ada 23 dubes yang diboyong Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mengunjungi Parapuar.
Parapuar adalah kawasan pariwisata terpadu seluas 400 hektare di Labuan Bajo yang sedang dikembangkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melalui Badan Pelaksana Otoritas Pariwisata Labuan Bajo Flores (BPOLBF). Pengembangan Parapuar saat ini masih membutuhkan keterlibatan investor.
Para dubes itu tiba di Parapuar sekitar jam 08.30 Wita. Nyamuk terlihat mengepung di sekitar dubes tersebut. Mereka duduk di kursi yang disiapkan di Natas (halaman bermain) Parapuar. Pada jam 08.55 Wita, sejumlah dubes terlihat menggosok lotion antinyamuk pada kaki, tangan hingga leher. Satu botol lotion antinyamuk dibagikan bergilir kepada beberapa dubes.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Moment mereka menggosok lotion antinyamuk itu saat menyaksikan sebuah tarian tradisional Manggarai hingga Pelaksana Tugas Direktur Utama Badan Pelaksana Otoritas Labuan Bajo Flores (BPOLBF) Frans Teguh mengenalkan Parapuar dan presentasikan potensi investasi Parapuar kepada para Dubes tersebut.
Adapun kunjungan 23 Dubes ke Parapuar itu untuk mendengarkan presentasi potensi investasi di Parapuar. Para Dubes itu juga melakukan meditasi dan penanaman pohon di Parapuar.
Diketahui Parapuar dirancang menjadi destinasi berkualitas pertama di Labuan Bajo. Berada di ketinggian, sekitar lima menit dari Kota Labuan Bajo, Parapuar merupakan kawasan hutan yang dikelola oleh Kemenparekaraf melalui BPOLBF. Parapuar sebagai nama kawasan tersebut diambil dari dua kata dalam bahasa Manggarai, yakni Para yang berarti pintu atau gerbang, dan Puar yang berarti hutan.
Parapuar menawarkan 360 derajat Kota Labuan Bajo. Landasan pacu Bandara Komodo juga terlihat jelas dari Parapuar.
Pengembangan kawasan Parapuar dibagi menjadi empat zona yang masing-masingnya menawarkan sensasi berbeda. Pertama, Zona Budaya (Cultural District) yang rencananya akan dibangun di area seluas 21,69 hektare dari total kawasan seluas 114,73 hektare.
Pengembangan zona ini terdiri dari Pusat Budaya (Cultural Center) seperti Hikayat Komodo, Cultural Perfomance Park, Museum, Agriculture Tourism, Culture Gallery, Ring of Fire Flores View, dan Pray Hill serta atraksi penunjang lainnya yang ikut mendukung pariwisata dan menonjolkan budaya NTT.
Pembangunan zona ini bertujuan untuk menjadi showcase kebudayaan Flores, Lembata, Alor, dan Bima (Floratama), serta mengangkat keunikan dan keragaman budaya setempat sebagai daya tarik wisata.
Pengunjung dapat mempelajari dan menikmati kebudayaan dan kehidupan alam Flores selain menikmati ketenangan dan keindahan alam Labuan Bajo yang berkontur hutan dan perbukitan.
Kedua, zona rekreasi (leisure district) seluas 63,59 hektare. Pada zona ini ada atraksi hiburan dan rekreasi bagi para pengunjung untuk bersantai. Dii situ akan ada spa dan wearnes tourism.
Ketiga, zona alam liar (wild life district) seluas 89,25 hektare. Zona ini menonjolkan keragaman dan keunikan satwa liar yang ada di sekitar hutan kawasan Parapuar. Di zona itu akan ada mini zoo, edukasi tentang cagar biosfer komodo, dan lainnya.
Terakhir adalah zona pertualangan (adventure district) seluas 132,43 hektare. Zona ini menawarkan pengalaman berpetualang bagi pengunjung dengan berbagai aktivitas menarik dan menantang.
Sejauh ini sudah ada beberapa investor yang mengembangkan Parapuar. Komitmen investasi mereka mencapai US$ 110,5 juta.
Adapun 23 dubes itu diboyong ke Labuan Bajo oleh Kemenlu. Puluhan dubes itu diperkenalkan berbagai destinasi wisata di Labuan Bajo selama tiga hari, dari 27-29 Juni 2024.
"Kami bawa ke sini untuk pengenalan potensi daerah. Potensi itu potensi investasi, potensi perdagangan, potensi pariwisata," jelas Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kemenlu Siti Nugraha Mauludin dalam keterangannya di Labuan Bajo, Jumat.
Pada Jumat pagi para dubes itu mengunjungi sejumlah spot wisata di Taman Nasional Komodo. Mereka menikmati keindahan Pulau Padar hingga Long Pink Beach. Selain itu, mereka juga mengunjungi sentra kerajinan tangan yang dikelola oleh pelaku UMKM di Labuan Bajo.
Kemenlu berharap kunjungan para dubes itu dapat menggenjot investasi di Labuan Bajo. Kawasan di Labuan Bajo yang dibidik dapat mendatangkan investasi adalah Parapuar dan Golo Mori. "Kami berharap mereka akan memperkenalkan potensi investasi di sini. Mereka akan tertarik untuk mengajak pengusaha-pengusaha, investor untuk berinvestasi di sini," lanjut dia.
Siti mengungkapkan para dubes yang berkunjung ke Labuan Bajo itu berasal dari sejumlah negara di Asia, Afrika, dan Eropa. Menurutnya, daya tarik Labuan Bajo telah memikat para dubes itu untuk datang ke daerah yang berada di ujung barat Pulau Flores tersebut.
"Kami berharap daya tarik itu bisa diterjemahkan sebagai hubungan ekonomi yang lebih luas yang berikan manfaat kepada semua," pungkas Siti.
(dpw/dpw)