Mahasiswa peraih gelar doktoral di North Carolina State University, Amerika Serikat (AS) kelahiran Desa Batunyala, Kecamatan Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah, Ahmad Munjizun (31) punya kebiasaan membaca kitab gundul atau kitab agama berbahasa Arab. Ini sudah dilakukan sejak sekolah dasar (SD).
Sejak kecil ayah Jizun, Muhammad Hijazi Umar (64), kerap mengajarkan ilmu kitab gundul selama masa kanak-kanak di kediamannya bersama semua saudara-saudaranya.
"Jadi ketika belajar kitab itu di rumah. Dia punya kebiasaan kadang-kadang duduk di satu ruangan dengan adik-adiknya belajar mandiri," kata Hijazi bercerita, Selasa (30/5/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Hijazi, pola pembelajaran yang diberikan kepada 22 anaknya dari lima orang istri itu mengajarkan pola belajar mandiri. Semua saudara Jizun dibekali ilmu agama selama masa kanak-kanak.
"Jadi yang kami pelajari itu berbeda-beda. Semua anak-anak saya, saya anggap sebagai murid. Banyak orang bilang sulit mengajar anak sendiri. Bagi saya adalah sama aja," ujar Hijazi.
Jizun merupakan anak keempat dari istri kedua Hijazi. Selama kuliah S2 di Australia dan dan S3 di Amerika Serikat, Jizun tidak pernah mengalami kesulitan akademik.
"Alhamdulillah dia lancar saja. Cuma pernah kena razia kendaraan di Australia. Waktu itu ada beli mobil di sana terus ditilang di jalan raya. Jadi dia langgar lampu merah. Langsung terobos. Setelah sekian meter baru dikejar polisi," katanya.
Saat itu, Jizun dikenakan denda sebesar Rp 3 juta. Setelah itu Jizun diminta menghadap ke kantor polisi. Saat itu Jizun menelepon orang tuanya untuk meminta solusi.
"Saya bilang minta bantuan sama Allah karena Dia maha segala-galanya. Kalau kamu tidak mau bayar tilang di situ jangan keluarkan di situ. Nanti Allah yang atur," katanya.
Begitu menghadapi polisi, lanjut Hijazi, Jizun batal diminta denda. Saat itu Jizun hanya diberikan peringatan.
"Artinya, kenyataannya itu yang bisa mengendalikan itu hanya Allah. Nyatanya semua urusan itu harus diserahkan ke Allah SWT," katanya.
Saat ini Hijazi hanya meminta Jizun fokus menyelesaikan segala urusan akademik di AS. Keluarga juga tidak memaksa Jizun untuk segera pulang ke Lombok.
"Kalau mau tetap di sana silakan. Kami bebaskan dia mau ke mana silakan. Kalau dia mau lanjut kerja di sana silakan. Mudah-mudahan itu menjadi pengalaman. Saya hanya berharap Jizun menjadi tokoh pengayom yang dapat bermanfaat bagi orang lain," pungkas Hijazi.
Untuk diketahui, Jizun merupakan mahasiswa penerima beasiswa S3 Fulbright di North Carolina State University. Dia berhasil meraih gelar Doctor of Philosophy in Animal Science dengan waktu hanya tiga tahun. Saat ini Jizun masih berada di Amerika Serikat. Keluarganya pun menunggu kepulangan Jizun ke kampungnya di Desa Batunyala.
(hsa/nor)