Ejekan terhadap mahasiswa Universitas Udayana (Unud) korban bunuh diri, TAS (22), oleh sesama rekan mahasiswa berbuntut panjang. Kini, mahasiswa Fakultas Kedokteran Unud yang terlibat dikeluarkan dari program koas di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Ngoerah, Denpasar. Ada tiga mahasiswa yang mendapat sanksi tersebut.
Sikap nirempati para calon dokter itu dinilai menimbulkan citra buruk bagi rumah sakit dan kampus. Hal itu menjadi salah satu alasan RSUP Ngoerah mengambil sikap tegas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"RS Ngoerah mengambil tindakan tegas untuk mengembalikan peserta didik tersebut ke Universitas Udayana untuk dilakukan pendalaman dan investigasi," kata Plt Direktur Utama RSUP Prof Ngoerah I Wayan Sudana melalui keterangan tertulis, Minggu (19/10/2025).
Koas atau co-assistant adalah program keprofesian bagi mahasiswa kedokteran melalui tahap pendidikan klinis di rumah sakit. Menurut Sudana, mahasiswa yang terbukti bersalah dan melanggar etika akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Mahasiswa Koas Harus Beretika
RSUP Prof Ngoerah, dia melanjutkan, berupaya menciptakan ruang belajar dan kerja yang aman, beretika, dan saling menghargai. Ia menegaskan sikap para mahasiswa yang mengikuti program koas tersebut tidak mewakili RSUP Prof Ngoerah.
"Kami tegaskan kembali bahwa mereka adalah peserta didik yang sedang belajar di RS Ngoerah. Bukan sebagai karyawan RS Ngoerah sehingga tidak bisa disebut mewakili RS Ngoerah," imbuh Sudana.
Manager Hukum dan Humas RSUP Prof Ngoerah, Dewa Ketut Kresna, mengatakan belum dapat menyampaikan nama-nama mahasiswa yang diduga melanggar etika atau melakukan perundungan itu. Namun, dia menyebut ada tiga mahasiswa koas yang diduga melakukan perundungan terhadap korban bunuh diri.
"Kalau nama kami belum berani sebut ya, karena masih pendalaman dari Unud," ujar Dewa.
Keluarga Minta Polisi Mengusut
Keluarga meminta polisi mengusut tuntas kasus bunuh diri mahasiswa Universitas Udayana (Unud) berinisial TAS. Ayah TAS, Lukas Diana Putra, mendatangi Kepolisian Resor Kota (Polresta) Denpasar dan meminta kejelasan terkait kronologi tewasnya TAS.
Kepala Seksi Hubungan Masyarakat (Kasi Humas) Polresta Denpasar I Ketut Sukadi membenarkan hal tersebut. Menurutnya, Lukas telah membuat aduan masyarakat (dumas) terkait penyebab kematian TAS pada Sabtu (18/10).
"Bapaknya melakukan dumas ke Polresta (Denpasar) terkait kesimpangsiuran berita terhadap anaknya," kata Sukadi kepada detikBali, Minggu.
Menurut Sukadi, Lukas menilai informasi yang beredar di media sosial mengenai jatuhnya TAS dari gedung kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unud berbeda-beda. Sukadi menegaskan polisi telah menyelidiki dan menjelaskan informasi dengan tepat.
"Polresta Denpasar telah menerima dumas dan telah dilakukan penyelidikan terkait peristiwa tersebut," jelas Sukadi.
Ayah Korban Menilai Kronologi Simpang Siur
Terpisah, Lukas mengatakan keluarga ingin mencari kebenaran terkait kronologi kematian TAS. Ia menilai kronologi yang beredar selama ini masih simpang siur.
"Saya ingin tahu dan pastikan kenapa misalnya anak saya jatuh? Apakah dia bunuh diri? Apakah ada kecelakaan atau unsur lain?" ujar Lukas.
Lukas menyebut pihak kampus juga belum bisa memberikan jawaban yang sesuai dia harapkan. "Saya cuma laporkan kematian anak saya agar diusut kejadian dan kronologinya biar jelas penyebab kematiannya dari lantai dua atau lantai tiga," pungkasnya.
Sebelumnya, polisi mengungkap TAS melompat dari gedung lantai empat, bukan dari lantai dua seperti informasi yang beredar sebelumnya. TAS terjatuh di depan gedung FISIP Unud, Jalan Sudirman, Denpasar, Bali, pada Rabu (15/10).
Kasi Humas Polresta Denpasar, Kompol I Ketut Sukadi, mengungkapkan hal itu berdasarkan keterangan saksi yang juga mahasiswa berinisial NKGA. Saat kejadian, NKGA berada di lantai empat untuk menunggu dosen bersama temannya.
"Rabu, 15 Oktober 2025, pukul 08.30 Wita pada saat saksi kuliah dan sedang menunggu dosen, saksi bersama temannya inisial D duduk di teras depan kelas, lantai empat kampus diskusi tentang mata kuliah," ungkap Sukadi, Kamis (16/10/2025) malam.
"Kurang lebih 15 menit kemudian datang korban dari arah pintu lift, dengan posisi menggendong tas ransel dan memakai baju putih. Terlihat seperti orang panik dan seperti melihat-lihat situasi sekitar kampus," imbuhnya.
TAS juga disebut sempat duduk di kursi panjang yang berada di sisi barat kelas. Namun, karena saksi tidak mengenali TAS, ia tidak memperhatikan lebih lanjut.
Beberapa saat kemudian, TAS melompat dari lantai empat. Sontak, mahasiswa lain bersama petugas keamanan kampus bergegas mengevakuasi dan membawa korban ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Ngoerah, Denpasar.
Saat tiba di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP Prof Ngoerah, TAS dalam kondisi masih sadar. Namun, lantaran mengalami pendarahan dan kesadarannya terus menurun, mahasiswa semester VII program studi Sosiologi itu dinyatakan meninggal dunia.
Seusai kematian TAS, sejumlah tangkapan layar percakapan grup mahasiswa beredar di media sosial. Dalam percakapan itu, sejumlah mahasiswa lintas fakultas seperti FISIP, FKP, dan Kedokteran menertawakan kematian TAS. Mereka bahkan mengolok-olok dan membandingkan fisiknya dengan kreator konten Kekeyi.
Sikap nirempati itu memicu gelombang kemarahan publik. Banyak mahasiswa Unud dan warganet menilai tindakan tersebut tak pantas dilakukan, apalagi oleh sesama mahasiswa kampus ternama. Ironisnya, beberapa pelaku justru aktif di organisasi kemahasiswaan.
Simak Video "Video: Mahasiswa Unud yang Ejek Timothy Terancam DO"
[Gambas:Video 20detik]
(hsa/hsa)











































