Guru di Sumba Dipukul 2 Pria Saat Hendak Ikut Kegiatan Hari Guru

Guru di Sumba Dipukul 2 Pria Saat Hendak Ikut Kegiatan Hari Guru

Yufengki Bria - detikBali
Kamis, 27 Nov 2025 14:30 WIB
Ilustrasi pengeroyokan, ilustrasi penganiayaan, audrey
Ilustrasi penganiayaan. (Foto: Ilustrasi: Fuad Hashim)
Sumba Timur -

Guru SD Inpres Kalalla, Kecamatan Mahu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Lutguirda Djami, dipukul dua pria saat dalam perjalanan mengikuti kegiatan Hari Guru Nasional (HGN), Senin (24/11) lalu.

"Untungnya mereka hanya pukul menggunakan tangan. Bukan pakai benda tajam atau kayu dan lain-lain. Kalau tidak, saya jatuh dari atas motor karena posisi motor sedang jalan (melaju)," ujar Lutguirda melalui chatingan akun Facebook-nya (FB), Rabu (26/11/2025) malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lutguirda menuturkan kejadian itu bermula ketika ia berangkat dari rumahnya di Melolo menuju SD Negeri Wairara, lokasi pelaksanaan HGN. Perjalanan ditempuh sekitar 30 kilometer melewati Hutan Praiwangga. Dari lokasi kejadian ke SD Inpres Kalalla, jaraknya sekitar 8-9 kilometer.

Saat memasuki kawasan hutan, motor yang dikendarainya mendadak oleng. Ia sempat mengira karena melintas di tikungan. Namun saat tiba di Hutan Maumaru, ia memeriksa ban dan mendapati ban depan kempis serta pecah. Meski begitu, ia tetap memaksa motor berjalan karena berada seorang diri.

ADVERTISEMENT

"Awalnya saya pikir hanya oleng begitu saja karena ada di tikungan. Sampai di Hutan Maumaru saya periksa ban. Ternyata ban depan kempis dan pecah. Terus karena saya rasa sendiri, saya paksakan motor untuk jalan terus sampai keluar dari hutan," tutur Lutguirda.

Saat keluar dari Hutan Praiwangga, tepatnya di Desa Pabera Manera, Kecamatan Paberiwai, sebuah motor dengan dua pria tiba-tiba menyalipnya dari kanan. Mereka langsung memukul bagian belakang tubuhnya. Lutguirda terkejut dan nyaris terjatuh, namun bertahan karena masih memegang kendali motor.

"Beruntung saya pegang kuat setir. Saya merasa sangat sakit. Saya mau kejar, tapi tidak bisa karena posisi ban pecah. Saya sempat berteriak untuk suruh mereka berhenti, tapi mereka lari terus," ujarnya.

Setelah mencari bengkel untuk memperbaiki motor, ia menanyakan soal pelaku kepada warga. Warga ternyata mengenali ciri-ciri keduanya sehingga Lutguirda memutuskan melapor ke pemerintah desa setempat.

"Sampai di bengkel, saya langsung tanya mengenai dua orang yang melintas dengan ciri-ciri yang saya sebut. Ternyata mereka kenal dan sebut nama," bebernya.

"Karena sudah disebutkan namanya, akhirnya saya langsung lapor di pihak Pemdes setempat. Kemarin kami sudah dapat telepon untuk bertemu di kantor desa guna menyelesaikan masalah tersebut. Semoga ada titik terangnya," sambungnya.

Lutguirda yang merupakan guru PPPK itu mengaku terganggu dan takut karena jalur tersebut ia lalui setiap hari saat menuju sekolah.

"Saya merasa sangat terganggu dan tidak nyaman karena setiap hari saya lewat itu jalan. Takutnya nanti terjadi lagi hal-hal yang demikian. Kemudian saya ke sekolah tempat saya mengajar juga lewat itu jalan," kata Lutguirda.

Mengenai pelaporan ke polisi, Lutguirda menyebut Sekretaris Desa Pabera Manera telah menyampaikan kejadian tersebut ke aparat. Namun polisi menyatakan belum menerima laporan resmi.

"Memang kejadiannya polisi sudah tahu karena Sekretaris Desa Pabera Manera sudah lapor polisi dan hari ini ada pertemuan di kantor desa untuk mediasi," imbuhnya.

Kasat Reskrim Polres Sumba Timur, AKP Markus Foes, menyatakan belum ada laporan kepolisian terkait kejadian tersebut.

"Belum ada LP (laporan polisi). Soalnya belum ada laporan resmi di Polsek maupun Polres Sumba Timur," pungkas Markus.




(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads