Tua Reta Lou, Tari Perang Khas Sikka NTT yang Sarat Makna dan Filosofi

Tua Reta Lou, Tari Perang Khas Sikka NTT yang Sarat Makna dan Filosofi

Trimina Klara - detikBali
Senin, 01 Des 2025 06:30 WIB
Tua Reta Lou adalah sebuah tari perang khas Sikka, NTT. (budaya-indonesia.org)
Foto: Tua Reta Lou adalah sebuah tari perang khas Sikka, NTT. (budaya-indonesia.org)
Denpasar -

Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), tidak hanya terkenal dengan kekayaan alam dan kain tenunnya, tetapi juga tradisi adatnya. Salah satunya seni pertunjukan bernama Tua Reta Lou.

Tua Reta Lou adalah sebuah tari perang khas Sikka yang telah diwariskan secara turun-temurun hingga saat ini. Berikut ulasan lengkap terakait Tua Reta Lou.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tarian Perang dan Filosofi

Tua Reta Lou biasanya dipertunjukkan oleh sebuah kelompok tari yang terdiri dari penari pria dan wanita lengkap dengan busana perang orang Hewokloang bernama Ragi gaing, simbol masyarakat setempat yang melambangkan jiwa dan mental pahlawan. Dulunya tarian ini di pentaskan langsung oleh panglima atau prajurit perang yang pulang dari medan pertempuran. Sekarang, tarian ini sudah diwariskan ke generasi yang lebih muda juga sering dipentaskan di berbagai acara adat hingga festival kebudayaan.

ADVERTISEMENT

Biasanya para penari Tua Reta Lou akan diiringi dengan tabuhan gong waning dengan berbagai jenis pukulan. Nantinya salah satu penari pria akan berada di atas bambu setinggi 3-4 meter dengan posisi meliuk-liukan badannya sambal memegang pedang panjang seolah-olah sedang mengintai musuh juga memberikan komando untuk menyerang atau bertahan. Sementara di bagian bawah, beberapa penari akan berusaha memegang erat tiang bambu tersebut.

Gabungan Tiga Tarian

Gerakan dari tarian ini merupakan teknik yang dipakai leluhur ketika berperang di masa lampau yang terbagi atas 3 kombinasi tarian yakni tarian Awi Alu, tarian Mage Mot dan tarian Tua Reta Lou. Tentunya ketiga tarian tersebut sangat berhubungan dengan ketangkasan perang yang wajib dimiliki oleh pria.

Tarian Awi Alu diartikan tentang bagaimana latihan ketangkasan tubuh bagian bawah dengan menyimbolkannya melalui penari yang akan melompat-lompat di antara tongkat kayu atau bambo sambil dihentakkan oleh penari lain di bagian bawah.

Sedangkan untuk tarian Mage Mot ditujukan untuk melatih kelincahan tubuh bagian atas dengan model gerakan tari yang hampir sama dengan Awi Alu tapi berbeda pada penempatan tongkat bambu yang akan sejajar dengan leher penari.

Terakhir, Tua Reta Lou yang menyimbolkan keterampilan mengintai dengan gerakan seorang pria memegang sebuah pedang naik di atas tiang bambu lalu berputar ke segala arah yang menumpukan perutnya pada tiang tersebut sembari penari di bawah memegang tiang bambu bersamaan.

Dari sini dilihat bahwa Tua Reta Lou bukan hanya sekedar tarian atau pertunjukan seni, akan tetapi mencerminkan bagaimana kehidupan masyarakat Sikka ketika berperang ratusan tahun lalu. Tidak hanya itu, di dalamya juga terdapat nilai-nilai keberanian, solidaritas juga penghormatan.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads