Menengok Lomba Penjor di Serangan, Satu Penjor Habiskan hingga Rp 35 juta

Menengok Lomba Penjor di Serangan, Satu Penjor Habiskan hingga Rp 35 juta

Hani Sofia, Fabiola Dianira - detikBali
Kamis, 27 Nov 2025 15:59 WIB
Deretan penjorΒ berukuran jumbo berdiri di dekat Pura Sakenan, Desa Adat Serangan, Denpasar, Bali, Kamis (27/11/2025). (Foto: FabiolaΒ Dianira/detikBali)
Deretan penjorΒ berukuran jumbo berdiri di dekat Pura Sakenan, Desa Adat Serangan, Denpasar, Bali, Kamis (27/11/2025). (Foto: FabiolaΒ Dianira/detikBali)
Denpasar -

Sebanyak enam sekaa teruna antusias mengikuti lomba penjor di Desa Adat Serangan, Denpasar, Bali. Enam penjor berukuran jumbo karya para peserta berdiri megah di depan Pura Sakenan.

Salah satu penjor yang menarik perhatian adalah karya sekaa teruna (ST) dari Banjar Kaja Serangan. Penjor dengan kombinasi warna biru, kuning, dan hijau itu diketahui menelan biaya hingga Rp 35 juta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perwakilan ST Banjar Kaja Serangan, Robby Mertadana, menuturkan penjor setinggi 12 meter tersebut terinspirasi dari keberadaan Pura Sakenan di Serangan. Menurutnya, pemilihan tiga warna dominan itu menjadi simbol lokasi Pura Serangan yang berada di dekat pesisir dan hutan mangrove.

"Filosofinya kami ambil dari Pura Sakenan. Biru itu sebagai lautan, seperti samudra. Kuning itu sebagai filosofi Hari Raya Kuningan. Hijau itu sebagai mangrove," ujar Robby Mertadana saat ditemui di sela-sela Lomba Penjor Desa Serangan, Kamis (27/11/2025).

ADVERTISEMENT

Robby menuturkan sekaa teruna Banjar Kaja Serangan mencoba berinovasi dengan menambahkan patung mini menyerupai sosok pemangku dalam penjor tersebut. Butuh waktu dua hari bagi mereka untuk menyelesaikan penjor jumbo tersebut.

"Astungkara, bisa menang. Ini masih persiapan, belum 100 persen," imbuhnya.

Penjor Sebagai Bentuk Kreativitas

Belakangan, penjor yang terpasang di rumah-rumah warga Bali menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan. Tak sedikit warganet yang mengomentari penjor yang dinilai semakin mewah dan tidak sesederhana dulu.

Pratisi budaya, Anak Agung Rimbya Temaja, menyebut penjor merupakan sarana upakara sekaligus bentuk kreativitas. Menurutnya, hal yang paling penting dari penjor adalah rasa tulus ikhlas dalam pembuatannya. Dia menyebut penjor mewah sah-sah saja jika warga memiliki dana untuk itu.

"Silakan saja mewah, dia kan punya dana. Kalau yang sederhana, buat sederhana," ujar Agung yang juga menjadi juri Lomba Penjor di Desa Serangan, Kamis.

Agung menjelaskan penjor yang menjadi sarana upacara harus disesuaikan dengan konsep nista, madya, dan utama. Selain itu, pembuatan serta pemasangan penjor juga tetap memperhatikan konsep desa (tempat), kala (waktu), dan patra (kondisi).

Menurut Agung, penjor sederhana bisa dibuat dengan biaya sekitar Rp 100 ribu. Sebuah penjor, dia berujar, wajib memenuhi unsur utama seperti pala bungkah dan pala gantung.

"Nggak ada biaya standar. Yang penting rasa ikhlas, tulus ikhlas. Itu kuncinya sebenarnya," imbuhnya.

Agung menilai penjor dengan visual mewah tak perlu menjadi perdebatan. Ia menyebut penjor telah menjadi bentuk kreativitas yang juga menunjukkan perkembangan zaman. Hal itu dibuktikan dengan munculnya berbagai festival dan lomba penjor di Bali.

"Kekompakan, gotong royong, itu luar biasa ini. Membuat penjor ini kan harus gotong royong," pungkasnya.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads