Goresan Satir Macet hingga Banjir di Lukisan 'Aku Sayang Bali"

Goresan Satir Macet hingga Banjir di Lukisan 'Aku Sayang Bali"

I Dewa Made Krisna Pradipta - detikBali
Minggu, 09 Nov 2025 06:30 WIB
Muhammad Kholilullah (kiri) saat menjelaskan lukisannya bernama Aku Sayang Bali kepada pengunjung di Labyrinth Art Gallery di Nuanu Creative City, Sabtu (8/11/2025). /Krisna Pradipta
Foto: Muhammad Kholilullah (kiri) saat menjelaskan lukisannya bernama 'Aku Sayang Bali' kepada pengunjung di Labyrinth Art Gallery di Nuanu Creative City, Sabtu (8/11/2025). (I Dewa Made Krisna Pradipta/detikBali)
Tabanan -

Pameran lukisan bertajuk 'Liana Reverie; Vivid Colours' digelar di Labyrinth Art Gallery di Nuanu Creative City, Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan, Sabtu (8/11/2025). Pameran ini menyajikan berbagai karya lukisan untuk merefleksikan alam dan lingkungan.

Salah satunya lukisan berjudul Aku Sayang Bali karya Muhammad Kholilullah (28). Ini merupakan satu dari lukisan Kholilullah yang dipamerkan oleh seniman asal Madura yang lama di Bali itu. Lukisan Aku Sayang Bali memiliki ukuran 150x200 cm. Lukisan tersebut menggunakan cat akrilik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kholilullah menuturkan lukisan ini lahir berdasarkan pengamatannya saat menjadi driver ojek online (ojol). Berbagai lokasi ia amati dan ia tuangkan dalam lukisan. Ia mencicil karyanya dari mulai Januari hingga Oktober 2025. Berbagai gambar di karyanya ini lebih ke satir terhadap kondisi lingkungan saat ini. Ada soal kemacetan jalan di Bali, banjir, hingga kebakaran.

"Lukisan ini memiliki background Celuluk di mana dari dalam mulutnya keluar kemarahan tentang situasi lingkungan di Bali saat ini," papar Kholilullah.

ADVERTISEMENT

Kholilullah sendiri merupakan tamatan pondok pesantren di Madura. Setelah lulus, ia kemudian merantau ke Bali dan berprofesi sebagai driver ojek online. Ia mengaku belajar melukis sejak kecil dan mengasah skillnya secara otodidak.

Sementara itu, Project Koordinator Sahla Safia menjelaskan pameran ini diikuti oleh 23 seniman yang mayoritas dari Bali. Adapun karya yang dipamerkan sebanyak 35 buah dengan mengangkat tema alam dan lingkungan.

"Momen ini untuk mengapresiasi seniman. Harapannya masyarakat atau pengunjung yang hadir bisa lebih aware dengan pelestarian alam," ujar lulusan Melbourne Fine Art ini.

Pameran ini digelar cukup lama dari 8 November 2025 hingga 20 Januari 2026. Karya para seniman ini dikomersialkan alias dijual bagi yang berminat.




(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads