Fakta-Fakta Menarik Suku Samawa yang Jarang Diketahui

Fakta-Fakta Menarik Suku Samawa yang Jarang Diketahui

I Komang Murdana - detikBali
Minggu, 19 Okt 2025 05:30 WIB
Peta Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). (Foto: Istimewa/Google Maps)
Foto: Peta Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB). (Foto: Istimewa/Google Maps)
Denpasar -

Indonesia memiliki beragam suku yang tersebar di seluruh pulau, dari Sabang sampai Merauke. Melansir Indonesia.go.id, total ada 1.340 suku di seluruh Indonesia. Salah satunya adalah suku Samawa yang mendiami Pulau Sumbawa bagian barat dan tengah. Ada sejumlah fakta menarik suku ini yang tidak banyak diketahui.

Suku Samawa adalah penduduk asli Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Sumbawa Barat. Suku Samawa sering menyebut dirinya dengan sebutan Tau Samawa yang artinya adalah orang Sumbawa. Mereka hidup berdampingan dengan kebudayaan dan tradisi yang begitu beragam. Berbagai jenis tarian mereka miliki, yang diturunkan dari nenek moyang dan masih lestari hingga sekarang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal menarik lainnya adalah Tau Samawa dikenal memiliki watak yang keras. Keras yang dimaksud adalah prinsip yang memegang teguh dan menjunjung tinggi harga diri. Penasaran dengan fakta menarik lainnya? Simak ulasan berikut ini.

ADVERTISEMENT

Asal-usul Suku Samawa

Suku Samawa Datang dan menetap di Pulau Sumbawa pada abad ke-15 hingga ke-16, melalui percampuran antarkelompok etnis nusantara. Dahulu kawasan Sumbawa pernah mengalami Kedatuan Samawa Puin pada tahun 1319 hingga 1618 yang merupakan bentuk pemerintahan lokal masyarakat Sumbawa pada masa lalu.

Dari sistem pemerintahan kedatuan ini, masyarakat Suku Samawa mengembangkan sistem pemerintahannya menjadi Kesultanan Sumbawa. Kemudian melebur ke dalam Republik Indonesia saat era kemerdekaan. Untuk menjaga dan merawat warisan budaya Samawa dari arus modernisasi, dibentuklah sebuah Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) pada 2001.


Bahasa Suku Samawa

Tau Samawa memiliki bahasa daerah yang unik. Mereka menyebutnya dengan Basa Samawa yang artinya bahasa Sumbawa. Bahasa ini tergolong dalam rumpun Austronesia cabang Malayo-Polinesia.

Tau Samawa memiliki sistem penulisan tradisional. Masyarakat zaman dahulu menulis di atas lontar. Mereka mengenalnya dengan sebutan Satera Jontal yang berfungsi sebagai media tulisan tradisional.

Tau Samawa memiliki dialek bahasa yang cukup beragam. Di antaranta, dialek Samawa, Taliwang, Batulante, Selesek, Dodo, dan masih banyak lagi.

Agama Suku Samawa


Mayoritas Tau Samawa memeluk agama Islam dan menjadi pedoman dalam kehidupan sosial, adat, serta kebudayaan mereka. Dalam sejarah Kesultanan Sumbawa, agama Islam menjadi agama kerajaan dan secara bertahap menyatu dengan nilai-nilai adat setempat.

Meski demikian, dalam warisan budaya Samawa masih terdapat unsur-unsur yang percaya akan keberadaan leluhur. Namun, mereka memegang prinsip hidup 'adat bersendikan syara, syara bersendikan Kitabullah.'

Prinsip itu berarti tradisi dan adat Sumbawa harus berada dalam ruang ajaran Islam. Misalnya dalam tradisi perkawinan, praktik adat tetap dijalankan dan tidak boleh bertentangan dengan hukum Islam.


Tradisi Pernikahan Suku Samawa

Adat tradisi pernikahan Sumbawa terkenal dengan prosesinya yang panjang yang penuh dengan makna. Mulai dari Bajajak, Bakatoan, Badenung, Basaputis, Bada/Nyorong, Barodak Rapancar, hingga upacara Nikah/Wakat dan resepsi Tokal Basai/Ngenrang. Tahapan bajajak merupakan tahap awal yang harus dilalui dalam pernikahan suku Samawa. Pada tahap ini akan dilakukan pengenalan antara kedua belah pihak yang akan menikah dan diikuti dengan tahapan Bakatoan, yaitu prosesi meminang mempelai wanita.

Tahapan Basupati adalah tahap negosiasi dengan pihak mempelai wanita tentang kebutuhan yang perlu dipersiapkan untuk melangsungkan sebuah pernikahan. Selain itu disini juga membahas tanggal pernikahan dan biaya. Selanjutnya, tahapan Nyorong adalah tahapan pihak pria menyerahkan seserahan untuk keluarga pihak perempuan.

Barodak adalah tahapan calon pengantin akan melakukan luluran dengan ramuan tradisional sumbawa yang disebut odak dan daun pacar, dengan tujuan agar calon mempelai suci dunia akhirat. Penutup rangkaian pernikahan Tau Samawa adalah upacara akad nikah (wakat) sesuai syariat Islam. Kemudian dilanjutkan dengan resepsi (Tokal Basai) yang diwarnai pemberian uang logam kepada tamu dan pembacaan syair tradisional.

Karakter Keras

Anggapan bahwa Suku Sumbawa memiliki watak yang keras muncul baik dalam narasi lokal maupun dari pengakuan masyarakatnya sendiri. Namun, karakter yang dianggap keras tidaklah berarti kasar atau agresif secara sosial. Hal ini berkaitan dengan prinsip hidup yang dipegang oleh Tau Samawa.

Mereka menjunjung tinggi harga diri (ila) yang sudah melekat dalam kehidupan mereka. Namun, jika dilihat dari sisi budaya lokal, sikap tegas ini dibingkai dalam norma sosial dan etika adat yang menuntut kehormatan dan kesadaran kolektif terhadap identitas Komunitas.

Halaman 3 dari 2


Simak Video "Video: Merawat Bahasa Daerah Itu Penting Nggak Sih?"
[Gambas:Video 20detik]
(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads