Melukat, Antara Spiritualitas dan Tren Baru Wisatawan di Bali

Melukat, Antara Spiritualitas dan Tren Baru Wisatawan di Bali

Agus Eka Purna Negara - detikBali
Minggu, 12 Okt 2025 16:04 WIB
Prosesi melukat dan persembahyangan memohon berkat diikuti sejumlah turis mancanegara di Pengelukatan Pancoran Solas, Badung.
Prosesi melukat dan persembahyangan memohon berkat diikuti sejumlah turis mancanegara di Pengelukatan Pancoran Solas, Badung. (Foto: Agus Eka/detikBali)
Badung -

Pulau Dewata, Bali, kembali menarik perhatian wisatawan mancanegara. Setelah lama dikenal dengan pantainya yang eksotis, kini wisata spiritual berupa prosesi melukat atau ritual penyucian diri menjadi tren baru yang digandrungi turis asing.

Salah satu destinasi yang ramai dikunjungi untuk menjalani ritual ini adalah DTW Tirta Taman Mumbul Pengelukatan Pancoran Solas di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Badung. Prosesi melukat diyakini sebagai cara untuk menyucikan diri, membersihkan pikiran, jiwa, dan fisik secara kasat mata.

"45 persen dari perkiraan total turis ke Bali saat ini senang melakukan perjalanan wisata spiritual ke tempat-tempat suci. Salah satunya dengan melukat, selain yoga dan sejenisnya," ujar Ketua Pengelola DTW Pancoran Solas, Sangeh, I Gusti Ngurah Putu Buda, Sabtu (11/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Ngurah Buda, wisatawan asing yang tertarik datang sebagian besar berasal dari Asia seperti Cina, Jepang, dan India, serta dari beberapa negara Eropa-terutama Eropa Timur-dan Australia. "Sementara yang baru pertama kali akan dijelaskan bahwa melukat adalah prosesi penyucian diri dengan membasuh diri di sumber-sumber mata air yang bersih dan disucikan. Ini bukan sekadar mandi biasa," katanya.

ADVERTISEMENT

Tahapan Melukat di Pancoran Solas

Prosesi melukat dan persembahyangan memohon berkat diikuti sejumlah turis mancanegara di Pengelukatan Pancoran Solas, Badung.Prosesi melukat dan persembahyangan memohon berkat diikuti sejumlah turis mancanegara di Pengelukatan Pancoran Solas, Badung. Foto: Agus Eka/detikBali

Prosesi melukat di Tirta Taman Mumbul Pengelukatan Pancoran Solas diawali dengan permohonan kepada Tuhan menggunakan sarana upacara (banten), yang dipandu oleh pemangku agama. Setiap wisatawan wajib mengenakan kamben atau penutup badan, serta bisa memakai pakaian adat Bali madya atau sederhana.

"Mereka wajib memakai kamben atau penutup badan, dan bisa memakai pakaian adat Bali madya atau sederhana," jelas Ngurah Buda.

Setelah persiapan selesai, prosesi dilanjutkan dengan tahapan mandi suci di 11 pancoran mata air. Masing-masing pancoran memiliki makna mendalam karena mewakili manifestasi para dewa suci dari seluruh arah mata angin.

Turis memulai prosesi dari selatan menuju utara, mengadopsi filosofi Sungai Gangga hingga Dewa Siwa. Tahapan melukat meliputi berdoa, berkumur dengan air pancoran sebanyak tiga kali, meminum air tiga kali, mencuci muka tiga kali, dan terakhir membasuh seluruh tubuh di tiap pancoran.

Setelah selesai, prosesi ditutup dengan memohon tirta suci (percikan air suci) dan menerima gelang tridatu sebagai tanda telah menjalankan ritual.

Pengalaman Spiritual Wisatawan

Rata-rata wisatawan mengaku merasakan pengalaman spiritual yang mendalam setelah melukat. Kunjungan terbanyak terjadi pada bulan Agustus-September dan Desember, dengan rata-rata 2.500 pengunjung per bulan. DTW ini buka dari pukul 08.00 hingga 18.00 Wita.

"Rata-rata pengalaman mereka mengaku lega dan ada hal yang lain didapat. Mereka karena khusyuk menjalankan tahapan melukat, ada yang memakai ini sebagai metode pemulihan kondisi mental, atau kesehatan jiwa. Ini dipakai untuk healing," ungkap Ngurah Buda.

Ngurah menambahkan, prosesi melukat kini bukan sekadar aktivitas wisata, tetapi telah menjadi tren baru di kalangan turis asing. "Di satu sisi melukat sudah jadi tren di kalangan wisman. Tetapi lambat laun mereka ingin mendalami terus spiritual ini sehingga akhirnya jadi tren baru," tutupnya.

Salah satu turis asal Australia, Lisa, yang baru pertama kali menjalani prosesi di 11 pancoran suci, mengaku merasakan dampak signifikan. "Ya, saya merasa sangat baik. Saya merasa lebih ringan. Pengalamannya adalah proses yang sangat indah untuk dilalui. Jadi saya pikir saya, ya, saya merasa lebih ringan. Saya merasa lebih baik. Ini benar-benar membantu," kata Lisa.

Senada dengan Lisa, Koko, wisatawan asal Australia lainnya, menggambarkan pengalaman melukat sebagai hal yang menyenangkan. "Saya merasa sangat bersih dan seperti ringan. Ini adalah pertama kalinya saya melakukan," pungkas Koko.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Melukat, Tradisi Suci Bali yang Kini Jadi Tren Global"
[Gambas:Video 20detik]
(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads