Cilinaya merupakan cerita rakyat yang berasal dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kisah tentang Cilinaya seorang putri raja yang menggambarkan bentuk nilai budaya yang meliputi hakikat hidup, hakikat karya, hakikat manusia dengan sesamanya serta nilai-nilai tanggung jawab dan nilai keadilan yang ditanamkan.
Kisah Cerita Rakyat Cilinaya
Pada zaman dahulu, terdapat pasangan kerajaan kembar di Kecamatan Bayan, Lombok, NTB. Dua kerajaan itu ialah Kerajaan Daha dan Kerajaa Keling, yang dipimpin oleh raja kakak-beradik yang sudah menikah namun sama-sama belum dikaruniai anak. Mereka bersepakat untuk bernazar di puncak Bukit Batu Kemeras yang terletak di antara kedua kerajaan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian Raja Keling mengucapkan nazar jika diberikan keturunan maka ia akan datang kembali membawa daun sirih. Lalu sang kakak Raja Daha mengucapkan nazar bahwa jika diberikan keturunan maka ia akan datang kembali dengan membawa seekor kerbau berselimut sutra, bertanduk emas, dan berkuku perak.
Setelah satu bulan, akhirnya nazar mereka dikabulkan. Dengan rasa syukur Raja Keling kembali ke bukit membawakan nazar yang lebih yaitu seekor kerbau berselimut sutra, bertanduk emas, dan berkuku perak.
Sedangkan Raja Daha membawa lebih kecil jauh dari yang diniatkannya yaitu seekor kerbau biasa. Hal yang dilakukan Raja Daha merupakan pantangan dan dapat mendatangkan malapetaka.
Malapetaka itu akhirnya terjadi dan menjadi nyata dalam kehidupan Raja Daha. Tiba-tiba rombongan raja dihadang angin puting beliung dan akhirnya menerbangkan sang bayi yang membuat Raja Daha dan istrinya menangis karena kehilangan anak semata wayangnya.
Bayi perempuan yang diterbangkan oleh angin itu jatuh di sebuah taman di pinggir danau dan ditemukan oleh sepasang suami istri penjaga taman bernama Ahmad Bangkol dan Inag Bangkol.
Mereka mengangkat anak itu dan memberi nama Cilinaya, sehingga seiring berjalannya waktu Cilinaya tumbuh menjadi gadis cantik yang cerdas. Ketika Cilinaya sedang asik bermain di taman, ia mendengar suara yang ternyata 2 pemuda yang kesasar. Aalah satunya ialah anak dari Raja Keling yang bernama Raden Panji yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Cilinaya.
Raden Panji dan Cilinaya saling menyukai lalu mereka menikah. Cilinaya sedang dalam kondisi yang hamil tua.
Setelah tinggal cukup lama di rumah Pak Bongkol, akhirnya Raden Panji kembali ke istana dan memperkenalkan istrinya, Cilinaya. Pada akhirnya Raja Keling tidak setuju jika anaknya menikahi orang biasa, lalu mencari cara untuk membunuh Cilinaya.
Sebelum dibunuh Cilinaya yang telah melahirkan anak laki-laki itu, ia mengatakan jika ia berasal dari rakyat biasa maka ia akan berbau amis nantinya. Dan jika ia berbau harum maka ia merupakan putri seorang raja. Sambil memeluk putranya yang baru lahir, Cilinaya dibunuh dengan keris dan darahnya yang mengalir mengeluarkan bau yang harum.
Singkat cerita, Raden Panji, suami Cilinaya, membuat peti dan memasukan istrinya ke dalam peti lalu dihanyutkan di laut. Lantas istri Raja Daha yang sedang mandi di pantai melihat peti yang hanyut itu dan menyuruh pengawal untuk mengambilnya. Alhasil ditemukannya putri cantik yaitu Cilinaya dan diangkat menjadi anaknya.
Beberapa tahun kemudian, Raja Daha mengadakan pesta sabung ayam di istana, karena ia mempunya seekor ayam jantan yang tak terkalahkan. Setelah beberapa ayam tak berhasil mengalahkan ayam raja, kemudian Raden Megatsih yang merupakan putra dari Raden Panji dan Cilinaya memberikan ayamnya untuk beradu dengan ayam raja.
Tak disangka ayam ajaib yang berhasil memenangkan pertandingan melawan ayam raja itu kemudian berkokok "do do Panji kembang ikok Maya" yang artinya "ayahku Panji, ibuku Cilinaya". Mendengar hal itu Cilinaya langsung memeluk Raden Megatsih.
Setelah kembali ke rumah dan memberitahukan kepada ayahnya Raden Panji, terkejutlah ia lalu datang ke kerajaan dengan membawa kedua orang tuanya dan juga putranya yang berhasil menemukan kembali ibunya, Cilinaya. Raden Panji pun menceritakan kejadian sebenarnya dan terungkaplah rahasia bahwa Cilinaya adalah putrinya yang dahulu diterbangkan angin dan Raja Keling yang telah membunuh keponakannya sendiri pun meminta maaf.
Pada akhirnya pernikahan Raden Panji dan Cilinaya semakin erat hubungannya. Mereka hidup bahagia bersama seluruh keluarganya.
Itulah kisah cerita rakyat tentang Cilinaya yang merupakan satu dari sekian banyak kisah yang menggambarkan kekayaan budaya dan tradisi masyarakat NTB dengan pesan-pesan moral yang dapat menjadi pegangan bagi kita semua. Semoga bermanfaat.
(nor/nor)