Pasangan Jennifer Bachdim dan Irfan Bachdim baru saja memiliki rumah baru di kawasan Kerobokan, Kuta Utara, Badung, Bali. Melalui media sosialnya, Jennifer dan Irfan Bachdim membagikan momen saat melaksanakan tradisi Melaspas sebelum menempati rumah baru tersebut.
Lantas, apa makna tradisi Melaspas ini? Simak ulasan mengenai tradisi Melaspas di Bali berikut ini.
Pengertian Melaspas
Dirangkum dari berbagai sumber, Melaspas adalah salah satu upacara penting bagi umat Hindu di Bali yang dilakukan setelah pembangunan atau renovasi bangunan, baik berupa rumah, tempat suci, maupun bangunan lainnya. Orang Bali percaya jika belum melakukan ritual Melaspas, bangunan baru itu dianggap belum siap untuk dihuni.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi umat Hindu Bali, Melaspas bertujuan untuk membersihkan dan menyucikan benda atau bangunan baru secara spiritual sebelum digunakan. Upacara ini diharapkan dapat mendatangkan ketenangan dan kedamaian bagi penghuni yang tinggal di dalamnya serta menjauhkan dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Kata Melaspas berasal dari dua kata, yaitu "Melas" yang berarti pisah dan "Pas" yang artinya cocok. Dengan demikian, Melaspas menggambarkan proses bangunan yang terdiri dari unsur-unsur berbeda seperti kayu, tanah (bata), dan batu, kemudian disatukan menjadi bangunan yang layak untuk ditempati.
![]() |
Tingkatan Upacara Melaspas
Dilansir dari laman Desa Abiansemal, upacara Melaspas terdiri dari beberapa tingkatan yang disesuaikan dengan kemampuan umat. Adapun, tingkatan dalam upacara Melaspas, antara lain sebagai berikut:
- Kanista: Upacara yang paling sederhana
- Madya: Upacara Melaspas yang tergolong sedang, tidak sederhana dan tidak juga besar
- Utama: Golongan upacara yang paling besar dibandingkan kedua tingkatan upacara Melaspas lainnya.
Proses Upacara Melaspas
Sebelum upacara Melaspas dimulai, dilakukan ritual macaru. Ritual ini bertujuan untuk mempersembahkan sesajen berupa labaan untuk pada Bhutakala.
Prosesi ini semacam upaya menetralisir dan mengembalikan energi negatif yang mendiami bangunan tersebut agar kembali ke tempat asalnya. Saat mecaru, Dewa Ghana yang diyakini sebagai Dewa Rintangan dipercaya dapat menghalangi kehadiran roh-roh pengganggu di bangunan tersebut.
Setelah ritual Pacaruan selesai, rangkaian upacara Melaspas dimulai dengan menancapkan orti pada mudra bangunan sebagai permohonan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Orti merupakan simbol komunikasi dalam upacara pemakuhan atau pamelaspasan.
Selanjutnya, ulap-ulap dipasang pada bangunan sesuai jenisnya. Ulap ulap biasanya ditulis dengan huruf rajahan.
Jika bangunan yang diupacarai merupakan tempat suci, maka dasar bangunan akan dibuatkan lubang untuk menempatkan padagingan. Untuk bangunan pokok atau utama, padagingan diletakkan di puncak dan tengah bangunan, terkadang juga menggunakan padma dari emas. Kemudian dilakukan pangurip- urip, yaitu menggoreskan arang bunga pada tiap-tiap bangunan sebagai lambang Tri Murti (Brahma, Wisnu, Iswara).
Langkah berikutnya adalah ngayab banten ayaban dan ngayaban pras pamelaspas, yang dimulai dengan memberikan sesajen pada sanggah surya yang terbuat dari turus lumbung. Dilanjutkan dengan ngayaban caru prabot ngeteg-linggih, khususnya jika yang dipelaspas adalah tempat suci (palinggih).
Pada umumnya, upacara melaspas dipimpin oleh seorang pemangku. Prosesi tersebut biasanya juga dilakukan oleh sulinggih untuk pura.
(iws/iws)