Ini Makna dan Arti Mepamit, Prosesi Adat Nikah yang Akan Dilakukan Mahalini

Ini Makna dan Arti Mepamit, Prosesi Adat Nikah yang Akan Dilakukan Mahalini

Ni Wayan Santi Ariani - detikBali
Rabu, 01 Mei 2024 11:53 WIB
Rizky Febia melamar Mahalini
Rizky Febia melamar Mahalini. Foto: dok. Instagram/@thebridestory
Denpasar -

Penyanyi Mahalini akan melakukan upacara mepamit pada Minggu (5/5/2024) sebelum acara puncak acara pernikahannya dengan Rizky Febian. Acara mepamit akan dilakukan di Bali dalam rangkaian pernikahan Hindu dengan tujuan berpamitan kepada leluhur.

"Kalau di Bali ini kan upacara mepamit dulu sebelum digelar upacara nikahnya," kata salah satu tetangga Mahalini, Made Kardi, ditemui detikBali, Selasa (30/4/2024).

Apa itu upacara mepamit? Simak penjelasan di bawah berikut dengan makna, prosesi, dan sarana upacara mepamit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Makna hingga sarana upacara mepamit ini dirangkum dari artikel jurnal 'Upacara Pawiwahan Dalam Agama Hindu' karya Luh Sukma Ningsih dan 'Bentuk, Fungsi dan Makna Tata Rias dan Prosesi Upacara Perkawinan Bali Agung di Bali' karya Ni Putu Delia Wulansari.

Makna Upacara Mepamit

Kata mepamit memiliki arti 'berpamitan' atau 'perpisahan'. Upacara mepamit biasanya dapat dilakukan untuk beberapa tujuan yang menandakan permintaan izin seseorang untuk meninggalkan tempatnya yang semula.

Dalam konsep pernikahan adat Bali, upacara mepamit juga dikenal dengan upacara mejauman atau upacara metipat bantal. Upacara mepamit memiliki makna pamitnya calon pengantin wanita (pradana) kepada para leluhurnya karena sudah atau akan menikah. Sehingga menjadi tanggung jawab keluarga dan calon pengantin pria (purusha) untuk ke depannya.

Namun, dalam perspektif lain serta hubungan beda agama antara calon pengantin, upacara mepamit juga dapat diartikan sebagai pamitnya seseorang yang akan meninggalkan kepercayaan yang semua dianutnya.

Prosesi Upacara Mepamit

Upacara ini dilakukan dengan kesepakatan kedua belah keluarga untuk berkumpul di rumah kediaman calon pengantin wanita pada hari yang telah ditentukan. Selanjutnya, pihak keluarga pria dan calon pengantin akan membawa beberapa banten.

Sedangkan calon pengantin wanita akan melakukan persembahyangan di sanggah atau merajan milik keluarganya dengan dipimpin oleh pemangku sanggah.

Sarana Upacara Mepamit

Pada pelaksanaan upacara mepamit, pihak keluarga dan calon pengantin akan datang ke kediaman keluarga wanita dengan membawa beberapa sarana banten yang terdiri dari:

- Alem
- Ketipat bantal
- Sumping
- Cerorot
- Apem
- Kuskus
- Wajik
- Kekupa
- Bermacam-macam buah dan lauk pauk khas Bali

Adapun selain upacara mepamit, terdapat pula beberapa rangkaian upacara pernikahan dalam masyarakat Hindu Bali yang biasanya dilakukan sebelum atau setelah upacara mepamit, antara lain sebagai berikut:



1. Madewasa Ayu

Pada proses ini, kedua keluarga bersama-sama menentukan hari-hari baik untuk melangsungkan rentetan upacara-upacara pernikahan, mulai dari nyedek hingga inti acara. Penentuan ini biasanya dilakukan berdasarkan perhitungan ala ayuning dewasa yang ada pada kalender
Sampai saat ini, masyarakat Hindu Bali masih menjadikan ala ayuning dewasa sebagai pedoman dalam melakukan upacara pernikahan. Penentuan hari baik menurut kalender Bali ini diyakini mempengaruhi kelancaran upacara hingga kehidupan setelah pernikahan.

2. Ngidih

Prosesi ini seperti halnya upacara lamaran. Terdapat seserahan yang diberikan pengantin pria kepada wanita yang disebut dengan basan pupur. Basan pupur dimaknai sebagai penghormatan kepada pengantin, pengganti air susu ibu, dan sebagai pengganti rasa kasih sayang ayah yang telah merawat mempelai wanita hingga tumbuh besar.

3. Ngekeb

Dalam prosesi ini, calon pengantin wanita akan dipersiapkan untuk menyambut kedatangan calon pengantin pria. Upacara ini bertujuan untuk mempersiapkan mental calon pengantin dan berdoa kepada kepada Ida Sang Hyang Widhi agar dianugrahkan kebahagiaan lahir dan batin.

Selain itu, ada persiapan yang dilakukan, seperti fisik yakni luluran pada tubuh dan kegiatan mempercantik lainnya.

4. Acara Pengambilan

Calon pengantin wanita pada prosesi ini akan dijemput oleh keluarga calon pengantin pria untuk menuju ke kediaman pengantin pria. Saat prosesi ini berlangsung, pengantin wanita sudah siap dengan menggunakan pakaian tradisional Bali yang diselimuti dengan kain tipis kuning dari ujung rambut hingga ujung kaki sebagai perlambangan sudah siap untuk meninggalkan masa lajangnya dan memulai hidup berumah tangga.

5. Mungkah Lawang

Mungkah lawang diartikan sebagai membuka pintu. Prosesi ini dilakukan ketika utusan dari pihak pria akan membawa pengantin wanita menuju rumah. Sebelum itu, utusan tersebut akan mengetuk-ngetuk pintu kamar pengantin wanita dibarengi dengan musik tembang-tembang Bali sebagai isyarat kedatangan pihak pria.

6. Mesegeh Agung

Prosesi ini dilakukan sebelum kedua pengantin memasuki rumah pengantin pria yang bermakna sebagai ungkapan selamat datang kepada calon pengantin wanita. Dalam prosesinya, kain kuning yang menyelimuti pengantin wanita akan dilepas dan calon ibu mertua akan menukarnya dengan uang satakan yang memiliki makna harapan menyambut dunia baru.

7. Mabyakala

Prosesi ini dilakukan guna membersihkan kedua calon pengantin secara lahir dan batin terutama pada sukla swanita yakni sel benih pria dan sel benih wanita guna nantinya menghasilkan janin yang suputra. Sebelum upacara ini dilakukan terlebih dahulu upacara puja astuti, membakar tetimpug, menghadap banten pabyakalaan, melakukan pengelukatan, mengelilingi banten pesaksian, dan medagang-dagangan.

Adapun beberapa perlengkapan upacara pabyakalaan antara lain:

  • Sanggah Surya di sebelah kanan digantungkan biyu lalung dan di sebelah kiri sanggah digantungkan sebuah kulkul berisi berem.
  • Kelabang Kala Nareswari (Kala Badeg) simbol calon pengantin, yang diletakkan sebagai alas upakara makala-kalaan serta diduduki oleh kedua calon pengantin.
  • Tikeh Dadakan (tikar kecil), diduduki oleh pengantin wanita sebagai simbol selaput dara dari wanita.
    Keris sebagai kekuatan Sang Hyang Purusa (kekuatan lingga) calon pengantin pria.
  • Benang Pepegatan dalam mekala-kalaan dibuatkan benang putih pada kedua ujung benang masing-masing dikaitkan pada cabang pohon dapdap.
    Tegen-tegenan merupakan simbol dari pengambilalihan tanggung jawab sekala dan niskala.
  • Dagang-dagangan melambangkan kesepakatan dari suami istri untuk membangun rumah tangga dan siap menanggung segala resiko yang timbul.
  • Sapu Lidi simbol Tri Kaya Parisudha.
  • Sambuk Kupakan atau kala sepetan merupakan serabut kelapa yang dibelah tiga, di dalamnya diisi sebutir telur bebek, kemudian dicakup kembali di luarnya diikat dengan benang berwarna tiga (tridatu).
  • Tetimpug yaitu bambu tiga batang yang dibakar dengan api dayuh yang bertujuan memohon penyupatan dari Sang Hyang Brahma.

8. Mewidhi Widana

Prosesi ini dilakukan kedua calon pengantin bersembahyang di merajan atau sanggah keluarga pria. Persembahyangan dipimpin pemangku sanggah/sulinggih/ida pedanda.

Makna dari prosesi ini adalah menyampaikan kepada leluhur ada pendatang baru di dalam keluarga tersebut. Proses ini juga menandai sahnya pernikahan pasangan pengantin di hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, adat, dan masyarakat.

9. Mejauman

Prosesi ini dilakukan dengan bersembahyangnya kedua pengantin di merajan atau sanggah pihak calon pengantin wanita. Persembahyangan ini sebagai isyarat berpamitan dari pengantin wanita kepada para leluhurnya karena sudah menikah dan mengikuti keluarga pria.

Adapun beberapa banten yang digunakan antara lain:

  • Alem
  • Ketipat bantal
  • Sumping
  • Cerorot
  • Apem
  • Kuskus
  • Wajik
  • Kekupa
  • Bermacam-macam buah dan lauk pauk khas Bali

Demikianlah informasi mengenai upacara mepamit meliputi makna, prosesi, dan sarana upacaranya beserta rangkaian lain dalam pernikahan adat Hindu Bali. Semoga informasi tersebut dapat berguna bagi wawasan Anda mengenai budaya Bali.

Artikel ini ditulis oleh Ni Wayan Santi Ariani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(nor/dpw)

Hide Ads