Warga Lahiran Anak Kembar, Pendakian Gunung Abang Ditutup

Bangli

Warga Lahiran Anak Kembar, Pendakian Gunung Abang Ditutup

Agus Eka Purna Negara - detikBali
Rabu, 12 Apr 2023 14:48 WIB
Kebakaran hutan di Gunung Abang dipadamkan (Polres Bangli)
Ilustrasi - Gunung Abang. (Polres Bangli)
Bangli -

Aktivitas pendakian ke puncak Gunung Abang ditutup sejak 11 April hingga 11 Mei 2023. Penutupan tersebut ternyata berkaitan dengan tradisi warga di tiga desa adat yang tergabung dalam Desa Adat Abang Erawang, Kecamatan Kintamani, Bangli, Bali.

Ketua Pokdarwis Abang Erawang I Nengah Suradnya menuturkan penutupan dilakukan karena ada warga setempat yang melahirkan anak kembar. Mereka meyakini bahwa kelahiran anak kembar tersebut membuat desa dalam kondisi cuntaka atau kotor.

"Karena cuntaka itu, warga desa tidak boleh masuk ke tempat suci. Artinya, semua pura yang ada di desa ditutup," jelas Suradnya saat dikonfirmasi detikBali, Rabu (12/4/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada dua warga setempat yang baru-baru ini melahirkan anak kembar. Kedua ibu ini merupakan warga di kawasan Desa Adat Erawang. Seorang ibu dari Desa Abang Batudinding melahirkan anak kembar normal (dua perempuan), dan seorang lainnya dari Desa Abang Songan melahirkan anak kembar buncing.

Suradnya menjelaskan Gunung Abang masih menjadi bagian dari wilayah tiga Desa Adat Abang Erawang. Selain menutup aktivitas pendakian Gunung Abang, warga juga tidak diperkenankan masuk ke wilayah suci atau tempat suci di wilayah tersebut. Aktivitas pendaikan dan kawasan suci akan kembali dibuka setelah seluruh prosesi adat selesai digelar.

ADVERTISEMENT

"Karena pura yang ada di Bukit Abang masih masuk wilayah desa kami, maka aktivitas pendakian ditutup sementara. Nanti akan diizinkan kembali mendaki setelah semua prosesi upacara adat selesai digelar," tegas dia.

Suradnya menerangkan kondisi cuntaka terjadi selama 42 hari, terhitung sejak anak kembar lahir. Setelah 42 hari itu, desa akan menggelar upacara Mesadi dengan rangkaian prosesi upacara balik sumpah di desa.

Selesai upacara digelar dan desa dinyatakan bersih, barulah aktivitas ke tempat suci dilakukan secara normal. Di sisi lain, ia mengakui sempat terjadi insiden warga meninggal seusai sembahyang di puncak Gunung Abang. Namun, ditutupnya aktivitas pendakian tidak berkaitan dengan insiden tersebut.

"Memang ada insiden pamedek (umat sembahyang) meninggal. Tapi, penutupan itu bukan karena insiden. Memang tradisi kami setiap ada warga melahirkan anak kembar, tempat suci dilarang dikunjungi sementara," tegasnya.

Untuk diketahui, Desa Abang Erawang adalah desa kesatuan yang menaungi tiga desa adat. Di antaranya Desa Abang Batudinding, Desa Abang Songan, dan Desa Suter. Tiga desa ini dulunya adalah satu desa yang kemudian mengalami pemekaran secara adat maupun administratif (kedinasan).

Warga Desa Abang Erawang menjalankan tradisi yang sudah diwariskan secara turun-temurun. Meski begitu, Suradnya tak menjelaskan detail asal-usul tradisi saat ada lahiran anak kembar tersebut.

Menurut Suradnya, kata Erawang pada nama Desa Adat Abang Erawang merujuk pada ketinggian. "Orang sini menyebut airawang. Perumpamaan seperti di awang-awang, atau desa yang ada di ketinggian. Orang menyebut dari airawang menjadi erawang, berada di atas awan," pungkasnya.




(iws/efr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads