Pernahkah kamu mendengar tentang nyurat lontar? Nyurat lontar merupakan salah satu tradisi turun temurun masyarakat Bali yang telah diwariskan sejak dulu kala. Tradisi satu ini hingga sekarang masih sering dilakukan bahkan sampai dibuat perlombaannya untuk diperkenalkan pada generasi selanjutnya.
Pada zaman dulu, nyurat lontar dilakukan untuk menuliskan dokumen-dokumen penting, budaya, dan adat yang berlaku oleh para sastrawan. Tidak hanya itu, nyurat lontar juga digunakan sebagai media dalam acara keagamaan.
Untuk memahami lebih lanjut mengenai tradisi nyurat lontar di masyarakat Bali ini, berikut pengertian, fungsi, serta langkah menyusun nyurat lontar yang perlu kamu ketahui.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu Nyurat Lontar?
Nyurat lontar adalah adalah tradisi tulis menulis di atas daun lontar. Menurut karya tulis Lontar Bali yang disusun oleh Dr. Drs. Ida Bagus Rai Putra, M.Hum, kata lontar menggambarkan media atau bahan dasar penyusun nyurat lontar, yakni daun ental, sejenis daun palma.
Dilansir dari situs disbud.bulelengkab.go.id, lontar merupakan daun tal yang telah dikeringkan dan dipakai sebagai bahan naskah dan kerajinan. Daun ini keras dan dianggap sakral oleh masyarakat Bali.
Nyurat lontar telah diakui sebagai warisan budaya dunia. Meski usianya yang sudah tidak lagi muda, tradisi satu ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat Bali yang sudah tua, lho. Faktanya, budaya ini masih banyak dilakukan hingga saat ini oleh generasi-generasi muda.
Banyak pusat pembelajaran dan sekolah khusus yang mengajarkan cara menulis lontar di Bali. Selain itu, beberapa upacara keagamaan Hindu juga berkaitan erat dengan penggunaan nyurat lontar ini.
Fungsi Nyurat Lontar
Nyurat lontar memiliki fungsi yang penting dalam sistem kepercayaan masyarakat Bali. Berikut beberapa fungsi nyurat lontar.
- Sebagai kitab suci yang ditinggikan dan dipelajari sebagai pegangan hidup sehari-hari (suluh nikang praba).
- Sebagai media pemujaan di hari Puja Saraswati.
- Sebagai sastra puji-pujian dan penyembahan.
- Sebagai salah satu warisan budaya dunia yang harus dilestarikan dan diselamatkan agar tidak menghilang.
Perlengkapan Nyurat Lontar
Untuk dapat melaksanakan aktivitas nyurat lontar ini, maka beberapa perlengkapan yang perlu dipersiapkan adalah sebagai berikut.
- Pepesan (daun tal yang telah siap untuk ditulis).
- Pangrupak (pisau tulis).
- Pelican (penjepit lembaran daun lontar yang terbuat dari bambu kecil).
- Serbuk tingkih (dari buah kemiri bakar) atau serbuk buah naga sari.
- Dulang kayu sebagai meja tulis dan bantalan kasur kecil sebagai alas.
- Penggaris dan pensil untuk yang belum terbiasa langsung menggunakan pangrupak.
- Panakep dari kayu atau bambu.
- 8. Kapas atau kain-kain halus lainnya untuk menghapus bekas material penghitam.
- 9. Peti kropak untuk menyimpan hasil akhir.
- 10. Sesajen.
Langkah Membuat Nyurat Lontar
Untuk dapat membuat bahan dasar lontar yang digunakan untuk menulis tidaklah mudah. Berikut langkah mempersiapkan daun lontar sebagai media untuk menulis.
- Petik daun-daun dari pohon siwalan atau pohon tal. Kegiatan ini biasanya dilakukan di bulan Maret-April dan September-Oktober karena di masa-masa itulah, daun sudah menua.
- Daun dipotong secara kasar, lalu dijemur di bawah terik matahari. Warna daun akan berubah kekuningan.
- Daun-daun kemudian direndam dalam air mengalir untuk beberapa hari dan digosok bersih menggunakan serabut kepala.
- Daun kembali dijemur sampai kering.
- Setelah kering, daun kemudian direbus di dalam kuali raksasa yang telah dicampurkan dengan rempah-rempah dan ramuan khusus sebagai pengawet alami selama kurang lebih 8 jam. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan sisa kotoran pada daun dan mempertahankan struktur daun.
- Daun kembali dijemur di atas tanah.
- Setelah beberapa saat, basahi tanah di bawah daun-daun tersebut dan kembali letakkan daun-daun itu di atas tanah supaya menjadi lembab dan bentuknya menjadi lurus.
- Daun kemudian ditumpuk dan ditekan pada alat khusus yang disebut pamlagbagan selama 6 bulan lamanya dan dibuka untuk dibersihkan setiap 2 minggu sekali.
- Setelah itu, daun-daun akan dipotong sesuai ukuran yang diinginkan dan diberi lubang pada ujung kanan, tengah, dan ujung kiri daun. Jarak antara lubang kiri ke tengah harus lebih pendek dibanding lubang kanan ke tengah, karena lubang ini akan menjadi penanda posisi menulis.
- Beberapa lontar juga bisa dicat di bagian sisinya dengan warna merah.
Setelah medianya siap, maka kini tinggal memulai kegiatan nyurat lontar. Berikut langkah sederhana untuk mulai membuat nyurat lontar.
- Beri garis pada daun lontar yang akan ditulisi supaya hasilnya tetap rapi dan lurus. Biasanya garis ini dibuat menggunakan alat khusus, yakni panyipatan. Alat ini berbentuk tali-tali kecil yang direntangkan dan diberi tinta. Tali kemudian ditarik hingga tintanya mengenai daun lontar dan membentuk garis-garis tipis.
- Nyurat lontar dilakukan menggunakan pisau tulis yang disebut sebagai pangrupak atau pengutik. Alih-alih menulis, nyurat lontar sebenarnya adalah kegiatan mengukir aksara pada daun lontar.
- Nyurat lontar ini dilakukan pada kedua sisi daun.
- Selama proses menulis, suasana hati harus tetap tenang dan pikiran tidak boleh gegabah. Apabila ada sedikit saja kesalahan, maka daun lontar harus diganti dan tidak bisa lagi digunakan. Kamu bisa gunakan penggaris dan pensil dulu apabila masih ragu.
- Posisi tangan selama menulis tidak boleh miring.
- Hitamkan daun dengan menggunakan arang (adeng) minyak kemiri hasil pembakaran. Kemiri kemudian diolesi ke daun sampai ukiran aksara terlihat tajam dan jelas. Minyak ini juga bisa menghilangkan garis-garis tinta.
- Usapkan pula minyak sereh supaya tetap terjaga kebersihannya dan tidak habis dimakan serangga.
- Lap daun dengan kapas sampai bersih.
- Setiap daun yang sudah jadi diikat menjadi satu pada bagian lubang tengah. Setelahnya, daun-daun ini dijepit menggunakan cakepan atau pelican. Ada pula yang dimasukkan ke dalam peti yang disebut sebagai kropak.
Itulah dia beberapa hal seputar nyurat lontar, mulai dari pengertian, perlengkapan, hingga tata caranya yang perlu kamu ketahui. Apa kamu kini tertarik untuk mempelajari tradisi satu ini?
(khq/fds)