Cuan dari Garam Lumput Laut Petani Gerokgak Buleleleng

Cuan dari Garam Lumput Laut Petani Gerokgak Buleleleng

Ni Komang Ayu Leona Wirawan - detikBali
Jumat, 24 Okt 2025 20:57 WIB
Gelaran Site Visit and Culinary Tasting Inovasi Berbasis Rumput Laut di Kantor Kopernik, Jumat (24/10/2025)
Foto: Gelaran Site Visit and Culinary Tasting Inovasi Berbasis Rumput Laut di Kantor Kopernik, Jumat (24/10/2025). (Ni Komang Ayu Leona Wirawan)
Gianyar -

Kelompok Petani Bina Karya asal Desa Patas, Kecamatan Gerokgak, Buleleng bangkit lewat produk olahan rumput laut. Bekerja sama dengan Kopernik, kelompok pimpinan Hamid Abdul Rasyid itu mengolah rumput laut jenis Eucheuma cottonii, Gelidium sp, dan lainnya menjadi produk pangan dan kosmetik.

Produk turunan tersebut masif dikembangkan setahun terakhir. Sejak berdirinya tahun 1995, kelompok petani cenderung menjual rumput laut mentahan dalam kondisi basah seharga Rp 3 ribu per kilogram maupun kering seharga Rp 30 ribu per kilogram ke pedagang di Surabaya. Mereka sempat mendapatkan pembeli asal Amerika Serikat khusus untuk Halymenia durvillaei (rumput laut merah) pada 2012 silam. Namun, merugi karena tidak kunjung dibayarkan.

"Kami yakin rumput laut merah ini potensinya tinggi. Banyak yang meneliti tapi setelah itu tidak pernah ada kabarnya. Saya berharap kita bersama bisa mengembangkannya. Karena banyaknya bukan hanya di Desa Patas, tapi satu Kecamatan Gerokgak. Padahal luar biasa tahan dari segala hama. Sayang pasarnya yang susah," ungkap Hamid Abdul Rasyid dalam gelaran Site Visit and Culinary Tasting Inovasi Berbasis Rumput Laut di Kantor Kopernik, Jumat (24/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain persoalan pemasaran, tantangan yang dihadapi Hamid dan 29 orang pembudidaya rumput laut lainnya adalah cuaca yang tidak menentu, gelombang air laut, penyakit, hama, maupun endapan sampah di laut. Untuk itu, Kopernik hadir memetakan faktor gangguan pertumbuhan rumput laut dalam sebuah kalender guna antisipasi maupun penanggulangan masalah.

ADVERTISEMENT

Kelompok Nelayan Bina Karya ini pula diberdayakan supaya bisa meningkatkan pendapatannya melalui produk turunan rumput laut. Adapun produk unggulannya adalah garam rumput laut yang terinspirasi dari Jepang dengan harga per 100 gram mencapai ratusan ribu.

"Pada 2024, kami meneliti potensi rumput laut. Beberapa produk sudah dihasilkan dari yang sederhana seperti bihun, bakso, dan dodol yang memakai rumput laut sebagai bahan pengenyalnya hingga yang kompleks seperti sabun dan garam. Butuh 3 bulan eksperimen garamnya termasuk belajar langsung dengan petani garam Kusamba," jelas Senior Analyst Solution Kopernik, Cita Utami.

Director of Partnerships and Business Development Kopernik, Arvin Dwiarrahman, sempat melirik petani rumput laut di Nusa Lembongan dan Nusa Penida untuk dikembangkan. Namun, pilihan jatuh ke Kecamatan Gerokgak karena banyaknya jenis rumput laut yang bisa tumbuh di sana. Para petaninya juga terkenal mahir membudidayakan rumput laut dengan beragam metode.

detikBali berkesempatan mencicipi sup labu yang digarami garam rumput laut dan spring roll dengan isian bihun rumput laut. Garam rumput laut terasa asin dan gurih sekaligus. Ini meningkatkan kompleksitas rasa sup labu yang tadinya hanya terasa manis.

Begitu pula dengan bihun rumput laut yang bertekstur kenyal tapi lembut. Tetap mudah dikunyah, tanpa ada aroma laut yang mengganggu. Rasanya cenderung hambar sehingga cocok dipadupadankan dengan saus pedas.

Saat ini, Kopernik bersama Kelompok Petani Bina Karya masih fokus dalam pengembangan produk untuk bisa segera dikomersialkan. Ke depannya, mereka juga berencana menjadikan Desa Patas sebagai ekowisata berkelanjutan.




(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads