Sekitar 290 lebih pelaku bisnis perhotelan, kuliner, dan para investor dari 23 negara bertemu di Bali. Pertemuan mereka difasilitasi dalam pameran bisnis Food, Hotel, and Tourism Bali (FHTB) di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Badung, pada 6 sampai 8 Maret 2024.
"Acara (FHTB) tahun ini hampir 300 atau sekitar 290an pelaku usaha dari 23 negara yang ikut," kata Event Director FHTB Juanita Soerakoesoemah di BNDCC, Rabu (6/3/2024).
FHTB merupakan ajang pertemuan antara pebisnis hotel, kuliner, investor dan manufaktur Indonesia. Mereka akan membahas apapun terkait bisnis di bidang hotel, kuliner, investor dan manufaktur dalam pertemuan tersebut, misalnya pembahasan bisnis soal mencari distributor dan konsumen di Indonesia timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk (pelaku bisnis) yang lokal, kami mengundang juga yang dari daerah. Mereka cari reseller atau distributor. Manufaktur mencari buyer (pembeli/konsumen) di Indonesia timur," jelas Juanita.
FHTB tahun ini tak hanya menjadi wadah bagi pelaku bisnis perhotelan, pariwisata, dan kuliner Indonesia, tetapi juga sebagai ajang bagi perusahaan asing mencari mitra dan konsumen untuk memasarkan produknya di Indonesia.
"Kemudian, perusahaan internasional mau bisnis di Indonesia pasti mencari partner. Nah, kami bawa importir distributornya," tutur Juanita.
Juanita menegaskan tidak ada target keuntungan atau profit dalam ajang FHTB di Bali meski ada aktivitas bisnisnya. Dia hanya berharap semua pelaku bisnis mendapat konektivitas dengan pihak lain yang mendukung keberlangsungan bisnisnya.
Misalnya, perusahaan asing mendapat mitra atau distributor yang akan mendukung keberlangsungan bisnisnya di Indonesia. Selain itu, Juanita berharap pelaku bisnis tersebut juga dapat meningkatkan keterampilan di bidangnya masing-masing.
Juanita menyebut ada workshop di dunia barista, bartender, hingga pelatihan masak. Semua pengembangan keterampilan itu gratis. FHTB ke-13 di Bali juga menerima sejumlah akademisi yang ingin belajar secara langsung seputar industri tersebut.
Anggota Koperasi Fermentasi Nusantara (Fermenusa) Bambang Britono mengatakan baru kali pertama koperasinya mengikuti ajang FHTB di Bali. Bambang berharap ada penguatan produk hasil fermentasi atas kehadiran Fermenusa di ajang FHTB.
"Produk fermentasi nusantara itu sudah punya bisnis end to end. Dari petani sampai ke hasil akhir. Tapi masih tradisional. Masih banyak sekali (butuh) penguatan," kata Bambang.
Penguatan yang dimaksud adalah cara pengolahan produk fermentasi sejak di tingkat petani hingga ke konsumen, mulai dari keamanan, kualitas, dan hasil akhir produknya yang siap dikonsumsi.
Bambang juga berharap produsen makanan fermentasi di Indonesia mampu memasarkan produknya kepada masyarakat. Salah satunya, dengan membangun narasi-narasi apik melalui kepada konsumen dan distributor melalui ajang FHTB.
"Harvesting (panen) itu harus ada tehniknya. Setelah itu prosesnya, pengolahannya, dan lainnya sampai ketika sudah jadi barangnya, harus di-branding. Image yang dibangun. Ada branding dan narasi," tuturnya.
Bambang mengaku tidak punya target ekonomi selama ajang FHTB yang digelar selama tiga hari. Dia hanya ingin ada 100 ribu artisan atau produsen produk makanan dan minuman fermentasi selama ajang FHTB.
Ketua Indonesian Food and Beverage Executive Association (IFBEC) Bali I Ketut Darmayasa juga setali tiga uang. Darmayasa tidak menargetkan ada keuntungan atau profit bisnis dalam ajang FHTB. Dia ingin keahlian para pelaku bisnis pariwisata dan kuliner seperti barista atau bartender diakui secara luas.
"Karena mereka adalah profesional, minimal expertise mereka diakui. Nanti (dalam ajang FHTB) 100 ada bartender yang akan membuat 1000 cocktail. Berarti expertise mereka diakui dalam ajang FHTB ini secara internasional," kata Darmayasa.
Selain pengakuan terhadap para tenaga profesionalnya, dia juga berharap FHTB dapat menjadi objek pembelajaran bagi akademisi bidang pariwisata dan kuliner. Menurutnya, manajemen dunia pariwisata dan kuliner saat ini sudah maju dan mengandalkan peran teknologi.
(nor/nor)