Kepala Divisi Kebijakan Publik dan Pemerintah Daerah Tokopedia Emmiryzan menanggapi persaingan dengan social commerce atau transaksi langsung perdagangan lewat media sosial (medsos). Belakangan, pemerintah Indonesia melarang social commerce. Salah satunya adalah TikTok Shop yang ditutup.
Emir, sapannya, mengaku Tokopedia tidak memikirkan kompetitor. Namun, lebih memilih strategi agar Tokopedia sebagai marketplace lebih dinikmati pelaku usaha dan konsumen.
"Kami tidak pernah fokus ke kompetitor, tapi fokus di produk apa yang bisa kami tingkatkan, agar bisa memberikan pengalaman lebih optimal bagi para pengguna kami, sehingga kami memang berfokus dengan apa yang bisa kami lakukan di tempat kami," ujar Emir di sela acara Kelas Maju Digital (KMD) di Denpasar, Rabu (27/9/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Emir menjelaskan banyak inovasi yang harus dilakukan Tokopedia. Hal ini lebih penting ketimbang terus memperhatikan apa yang dilakukan kompetitor, baik marketplace lain maupun social commerce.
"Secara gambaran kami memang lebih memilih berfokus apa yang bisa kami tingkatkan daripada melihat kompetitor kami yang melakukan a, b, c, d, dan lainnya," urai Emir.
Untuk diketahui, Tokopedia sebagai perusahaan perdagangan elektronik (e-commerce) sudah berdiri sejak 2009. Saat ini, Tokopedia memiliki 14 juta penjual atau seller dengan total 1,8 miliar produk dari berbagai jenis. Tokopedia mengeklaim hampir 100 persen merupakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah lokal Indonesia.
"Kami melihat Tokopedia secara umum itu bisnis kepercayaan. Kami menjaga kepercayaan itu dengan memberikan bentuk pelayanan positif yang optimal, aplikasi yang sangat baik dan sangat mudah, serta efisien digunakan," tandas Emil.
(hsa/gsp)