Warga Bali ikut menjerit soal kenaikan harga BBM subsidi per 3 September 2022. Kenaikan itu otomatis berdampak langsung kepada mereka di tengah ekonomi yang belum stabil akibat dihantam pandemi COVID-19.
Berikut jeritan warga Bali soal kenaikan harga BBM mulai dari penjual eceran hingga karyawan.
1. Pemilik Pertamini Keluhkan Sepi Pembeli
Pemilik Pertamini di Jalan Trengguli, Denpasar, Bali, Khamil (32) mengeluhkan sepinya pembeli pasca diumumkannya harga BBM naik.
"Pembeli juga banyak yang ngeluh sama naiknya harga BBM ini. Kalau di sini itu setiap hari biasanya ada sampai 10 orang yang beli Pertamax. Tapi, dari tadi pagi sampai sekarang baru 2 orang saja yang beli," kata pria asal Madura ini.
Dirinya pun memprediksi penurunan pembeli tersebut akan berlangsung cukup lama dikarenakan masyarakat akan lebih berhemat dalam menggunakan BBM.
"Saya cuma bisa ikut peraturan yang ada saja, karena saya hanya orang kecil. Tapi, semoga pemerintah bisa turunkan harga BBM," ungkap pria yang telah berjualan sejak tahun 2017
2. Penjual BBM Botolan Ngeluh Modal Rp 470 Ribu Kurang
Kenaikan harga BBM membuat para pengecer botolan kaget. Terutama mereka yang berdagang di warung-warung kecil dan jauh dari SPBU atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum.
Mereka mengaku, dulu dengan modal Rp 470 ribu bisa mendapat satu jeriken. Sekarang tentu harus menambah modal. Nyoman Milir (57), pedagang warung kelontong di Banjar Batusesa, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti misalnya.
"Saya sampai kasih tahu pembeli dulu kalau harga Pertamax sudah naik. Tidak langsung tuangin begitu. Takutnya tidak mau bayar," kata Milir, Minggu (4/9/2022).
Ia sendiri kaget dengan kenaikan harga BBM yang lonjakannya drastis itu. Dulu dengan modal Rp 470 ribu ia bisa memperoleh sekitar satu jerigen Pertamax dengan takaran kurang lebih 30 liter dengan harga Rp 12.500 per liter.
"Sekarang modal segitu nggak cukup. Dapatnya kurang," imbuhnya.
3. Pemilik Warung Pilih Kurangi Porsi Makan
Pemilik usaha warung makan di Buleleng bernama Ayu (50) berencana untuk mengurangi porsi makanan yang mereka jual usai harga BBM naik.
"Kalau menaikkan harga makanan, nggak mungkin, karena yang belanja di sini kebanyakan anak mahasiswa," kata Ayu kepada detikBali, Minggu (4/9/2022).
Ayu mengatakan bahwa hingga saat ini, dirinya belum merasakan dampak dari kenaikan harga BBM tersebut. Namun sebagai langkah antisipasi ia berencana untuk mengurangi porsi makanan yang dijualnya.
"Belum ada dampaknya, karena baru kemarin kenaikannya, kalau sudah jalan seminggu mungkin baru merasa dampaknya. Kalau ada dampak palingan porsinya yang saya lebih sedikitin," katanya.
Simak Video "Video VIVO dan BP Batal Beli BBM dari Pertamina"
(nor/nor)