Para petani kembali memasang seng dan membentangkan plastik hitam di area persawahan subak Jatiluwih, Tabanan, Bali. Aksi protes itu dilakukan setelah Panitia Khusus (Pansus) Tata Ruang dan Alih Fungsi Lahan (TRAP) DPRD Bali menutup tempat usaha mereka yang dinilai melanggar tata ruang.
Pemilik Warung Wayan Jatiluwih, I Wayan Subadra, menjelaskan total ada 30 lembar seng yang dipasang di area persawahan Jatiluwih. Betangan seng dan plastik hitam itu sontak menghalangi pemandangan kawasan subak yang diakui sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD) oleh UNESCO itu.
"Masih ada kiriman 65 seng tambahan dan besok (Sabtu) akan dipasang lagi. Nanti kami diskusikan titik pemasangannya," ungkap Subadra saat dikonfirmasi detikBali, Jumat (5/12/2025).
Subadra menuturkan jumlah petani yang bersolidaritas melakukan aksi protes dengan memasang seng dan plastik hitam hari ini sekitar 30 orang. Menurutnya, beberapa material seng juga didapat dari rekan mereka yang memiliki usaha restoran.
Ia menegaskan aksi ini bukan semata bentuk protes, tetapi juga upaya mendorong pemerintah agar segera duduk bersama warga membahas. Subadra mengatakan para petani dan warga Jatiluwih sangat berharap bisa bertemu dengan pemerintah untuk mencari solusi terbaik terkait pemanfaatan lahan di kawasan pertanian itu.
"Kami ingin ada aturan baru agar persoalan seperti ini tidak terulang," imbuh Subadra.
Simak Video "Video Kunjungan Wisatawan Ke DTW Jatiluwih Masih Normal"
(iws/iws)