Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) menerapkan program Fast Track. Program percepatan ini memungkinkan mahasiswa berprestasi menuntaskan studi S1 ke S2 dalam waktu lebih singkat.
Wakil Rektor I Undiksha, Gede Rasben Dantes, mengungkapkan pendidikan tinggi diizinkan untuk melakukan percepatan pembelajaran. Hal itu sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Permendiktisaintek) Nomor 39 Tahun 2025 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Undiksha membuka percepatan pembelajaran dari S1 ke S2 mulai 2025. Program studi yang membuka jalur percepatan wajib terakreditasi unggul atau internasional.
"Mulai tahun 2025 ini undiksha membuka kalau tidak salah 9 track untuk percepatan pembelajaran dari S1 ke S2. Jadi contoh misalnya dari PGSD ke Pendidikan Dasar kemudian dari Pendidikan Bahasa Inggris S1 ke S2 Pendidikan Bahasa Inggris," jelas Rasben, Rabu (26/11/2025).
Program ini menyasar mahasiswa berkemampuan tinggi sehingga ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Mahasiswa yang mengambil program Fast Track minimal memiliki indeks prestasi kumulatif 2,5, tidak ada nilai C ke bawah, dan tidak pernah mengambil cuti belajar.
"Soal biaya, tidak ada tambahan. Mereka hanya bayar UKT S1 karena belum lulus. Setelah lulus barulah bayar UKT pasca," jelas Rasben.
Undiksha belum menyediakan beasiswa khusus untuk Fast Track, tetapi memberikan kemudahan melalui skema pembayaran. Tahun ini, tercatat ada 90 mahasiswa Undiksha dari berbagai program studi yang sudah mengikuti jalur percepatan.
"Mereka semangat karena dapat pengalaman baru dan bertemu dosen dengan kualifikasi lebih tinggi," ujar Rasben.
Tak hanya itu, Undiksha juga berencana membuat program percepatan dari S2 ke S3. Mahasiswa magister dapat mulai mengambil mata kuliah doktor pada semester ketiga dengan konsep ekivalensi. Program percepatan dari S2 ke S3 rencananya dimulai tahun depan.
"Polanya juga sama. Jadi di semester 3 mereka sudah berada di program doktor. Jadi cuma dua semester mereka di master. Nah mengambil mata kuliah di program doktor itu yang ekuivalensi dengan mata kuliah yang di program masternya, tetapi yang memiliki keterkaitan. Kalau lancar, mereka bisa meraih PhD sekitar empat tahun," tutur Rasben.
Rasben berharap skema ini mendorong lebih banyak mahasiswa melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi, sekaligus memenuhi indikator perguruan tinggi terkait persentase lulusan yang naik ke tingkat berikutnya.
(iws/iws)











































