Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bali I Nyoman Gede Anom mengungkap prevalensi stunting di Pulau Dewata pada 2024 meningkat menjadi 8,7 persen. Pada 2023, prevalensi stunting di Bali hanya 7,2 persen.
Anom mengatakan peningkatan tersebut disebabkan oleh bertambahnya indikator pada survei terkait kasus stunting. Meski begitu, ia mengeklaim jumlah anak yang mengalami stunting di Bali menurun. Menurutnya, angka stunting di Bali hanya 5,9 persen jika indikator surveinya hanya anak stunting.
"Karena prevalensi itu yang berkontribusi (terhadap kasus stunting) adalah pada saat ditanya dia nggak punya air bersih, tidak punya jamban, waktu anaknya lahir tidak bisa ikut KB (keluarga berencana), terus tidak ada bantuan," kata Anom saat ditemui di sela-sela menghadiri peringatan Hari Kesehatan Nasional di kantor Dinas Kesehatan Bali, Rabu (12/11/2025).
"Tapi karena ada faktor lain yang masuk, yang tadi saya sampaikan prevalensi, jadi kita di angka 8,7 persen," sambungnya.
Anom mengatakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali mendapatkan penghargaan sebagai provinsi dengan prevalensi stunting terendah. Pemprov Bali, dia berujar, sudah mulai melakukan pengukuran mandiri terkait prevalensi stunting mulai 2025.
"Kami sensus semua, kami punya data balita 189 ribu di Bali. Itu kami ukur semua," kata Anom.
Masalah Kesehatan Paling Dinamis
Sekretaris Daerah (Sekda) Bali Dewa Made Indra mengungkapkan masalah kesehatan merupakan bidang yang paling dinamis. Ia mencontohkan ketika pandemi COVID-19 banyak tenaga kesehatan (nakes) yang tidak memiliki pengalaman terkait penanganan virus Corona.
Hal itu ia sampaikan saat sambutan di Hari Kesehatan Nasional ke-61 di Kantor Dinas Kesehatan Bali, Denpasar, Rabu (12/11/2025).
"Itu adalah pengalaman yang sangat baik. Mengapa saya katakan sangat baik? Karena ke depan, sepertinya penyakit-penyakit seperti itu ada siklusnya. Nanti ke depan bila terjadi lagi maka kita secara pribadi sudah punya pengalaman," kata Indra dalam sambutannya saat peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-61 di kantor Dinas Kesehatan Bali, Denpasar, Rabu.
Saat pandemi, Indra berujar, seluruh instansi tidak memiliki perlengkapan yang memadai untuk menangani virus Corona. Menurutnya, para nakes kini bisa lebih siap menangani virus karena sudah memiliki pengalaman saat menangani COVID-19.
"Besok ketika penyakit infeksius yang sejenis terjadi lagi kita sudah memiliki pengalaman," ujar Indra.
"Jadi, sektor kesehatan ini adalah sektor yang paling dinamis. Penyakit-penyakit yang lama sudah bisa dipetakan, sudah bisa dibuatkan road map untuk menangani," pungkasnya.
Simak Video "Kemenkes: Prevalensi Stunting di Indonesia Turun"
(iws/iws)