14 Negara Kumpul di Bali, Bahas Produktivitas Tanah dan Hama Pertanian

14 Negara Kumpul di Bali, Bahas Produktivitas Tanah dan Hama Pertanian

Fabiola Dianira - detikBali
Selasa, 22 Jul 2025 14:27 WIB
Acara AFACI Project Evaluation Workshop on PMP+ and SOIL+ yang digelar oleh Kementerian di Bali, Selasa (22/7/2025). (Fabiola Dianira)
Foto: Acara AFACI Project Evaluation Workshop on PMP+ and SOIL+ yang digelar oleh Kementerian di Bali, Selasa (22/7/2025). (Fabiola Dianira)
Denpasar -

Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP) Kementerian Pertanian bersama Asian Food and Agriculture Cooperation Initiative (AFACI) Korea Selatan menggelar AFACI Project Evaluation Workshop on PMP+ and SOIL+ pada 22-24 Juli 2025 di Bali. Acara ini diikuti oleh delegasi dari 14 negara anggota AFACI untuk mengevaluasi dua proyek regional utama, yakni PMP+ dan SOIL+.

14 negara tersebut diantaranya Bangladesh, Bhutan, Kamboja, Indonesia, Kirgiztan, Laos, Mongolia, Nepal, Filipina, Srilanka, Thailand, Vietnam, Uzbekistan, dan Korea Selatan. Workshop ini menjadi forum evaluasi dua proyek regional utama AFACI, yakni SOIL+ (pengelolaan tanah) dan PMP+ (pengendalian hama tanaman).

"AFACI mencoba untuk membantu negara-negara Asia dalam bidang tanah, terutama untuk meningkatkan produktivitas tanah. Kami memiliki program teknologi, salah satu adalah analisis dan komposisi tanah. Yang kedua adalah pemeriksaan jalan, seperti FAW (Fall Armyworm/ulat grayak) dan Brown Plant Hoppers (Wereng Coklat). Ini adalah kesempatan yang baik untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman di antara 14 negara," ujarnya di The Patra Bali Resorts and Villa, Badung, Selasa (22/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Jenderal BRMP, Prof. Fadjry Djufry, menambahkan bahwa Indonesia tengah mengembangkan database dan koleksi tanah dari berbagai daerah sebagai bagian dari kerja sama ini. Nantinya akan terbentuk basis data yang menggambarkan karakteristik tanah di Indonesia.

"Ini akan kami share di masing-masing negara. Sehingga nanti kita tahu bagaimana cara pendekatan teknologinya untuk meningkatkan produktivitas tanah di negara lain," jelas Fadjry.

ADVERTISEMENT

Proyek PMP atau Pest Management Pesticide sendiri berfokus pada pengendalian dua hama utama yang menyerang lahan pertanian di Asia, yakni wereng batang coklat dan ulat grayak. Fadjry menyebut workshop ini menjadi ajang penting untuk pertukaran pengalaman pengendalian hama antarpakar dari negara-negara Asia.

"Sehingga kita tahu kalau kita ingin mengembangkan sesuatu di negara ini, kita sudah tahu teknologinya, PH-nya berapa, tekstur struktur tanahnya seperti apa, jenis tanahnya apa, sehingga mereka sudah tahu apa sih yang dibutuhkan negara kita," jelasnya.

Menurut Fadjry, hasil diskusi dan simulasi teknologi dari workshop ini akan disederhanakan agar bisa disebarkan dan pahami petani-petani di daerah. Hasil teknologi dari workshop ini akan disederhanakan agar bisa dengan mudah dipahami oleh penyuluh dan petani di lapangan.

"Nanti kami akan buatkan versi yang mudah dipahami petani kita. Kami akan gunakan bahasa yang mudah untuk penyuluh, supaya bisa dipahami petani," pungkasnya.




(nor/nor)

Hide Ads