Aksi balap liar kini mulai marak terjadi di kawasan pedesaan di Badung, Bali. Salah satunya di Jalan Raya Denpasar-Singaraja, Desa Sembung, Kecamatan Mengwi, Badung.
Aksi balapan liar itu pun meresahkan warga setempat sejak beberapa tahun terakhir. Warga pun was-was saat berkegiatan sini hari atau pagi lantaran sejumlah anak muda pernah kedapatan ugal-ugalan di waktu tersebut.
"Saya pernah lihat waktu itu jalan antar istri ke Pasar Mengwi beli sayur. Itu ada motor-motor modifan (modifikasi) di pinggir jalan baru selesai," kata Suara, warga setempat, ditemui detikBali, Minggu (12/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Desa Sembung, I Ketut Sukerta, mengakui sudah sering melaporkan balapan liar itu ke polisi. Namun, pemuda gerombolan balap liar itu langsung kabur saat dipergoki.
"Anak-anak luar desa banyak. Kami pernah tangkap beberapa (anak) ke kantor desa. Motornya kami tahan. Orangtuanya kami minta datang," kata Sukerta.
Sukerta mengakui aparat desa tak bisa mengawasi area-area itu selama 24 jam. Menurut dia, tempat mereka balapan berpindah-pindah. Waktu mereka beraksi juga berubah-ubah.
"Kami sudah bikin laporan ke Polsek Mengwi. Sudah sering patroli, tetapi kayaknya mereka kucing-kucingan dengan kami. Waktu diawasi terus, malah nggak ada kelihatan," sebut Sukerta.
Beberapa hari lalu, aparat desa berhasil menangkap sejumlah pelaku balap liar. Pemuda yang rerata berusia 16-20 tahun itu mengaku berasal dari desa-desa tetangga di Badung. Ada juga yang datang dari Denpasar.
Menurut warga, lanjut Sukerta, balapan liar biasanya ada antara pukul 02.00 sampai 03.00 Wita. "Ada yang bilang, ada taruhan juga. Kalau kami tangkap, kami tanya, pasti mereka nggak mau ngaku," sambung Sukerta.
Menurut Sukerta, mereka berkumpul di trek lurus Jalan Denpasar-Singaraja di selatan kuburan desa setempat. Pantauan detikBali, jalur ini terbilang lurus dan jauh dari pemukiman warga karena di sekitarnya hanya area persawahan.
Selain jalur itu, anak-anak muda ini pernah gelar aksi di jalan desa. Lokasinya berada di sebelah barat jalur arteri. Situasi di lokasi itu juga sepi.
"Motor mereka juga pernah ditahan polisi. Kalau nggak salah terakhir baru-baru ini tiga anak yang kami amankan. Kami minta orang tuanya ikut ke kantor ambil motor. Besoknya tetap lagi (balapan)," sesal Sukerta.
Sukerta menilai jam-jam saat balap liar adalah waktu krusial bagi masyarakat setempat. Warga resah karena membahayakan warga dan pengguna jalan lain yang beraktivitas di pagi hari. Mereka kerap menutup jalan tanpa peduli pengendara lain yang melintas.
(iws/iws)