Kenapa Astronaut Susah Berjalan Setelah Pulang dari Luar Angkasa?

Kenapa Astronaut Susah Berjalan Setelah Pulang dari Luar Angkasa?

Rio Raga Sakti - detikBali
Senin, 16 Sep 2024 08:53 WIB
An CG astronaut in a modern space suit, connected to a tethered lifeline floats in deep space and looks at the lights of planet earth as the sun rises. Distant stars and galaxies are visible in the background. Credit: NASA https://earthobservatory.nasa.gov/images/79790/city-lights-of-asia-and-australiaand ESO for background images.
Ilustrasi astronaut. Foto: Getty Images/iStockphoto/peepo
Denpasar -

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa seorang astronaut tampak kesulitan untuk berjalan setelah kembali dari luar angkasa? Lantas, apa alasan yang menyebabkan hal tersebut terjadi?

Ada berbagai faktor yang menyebabkan astronaut kesulitan untuk kembali berjalan di bumi setelah kembali dari luar angkasa. Salah satu faktor utama adalah perubahan fisik yang terjadi pada tubuh mereka selama berada di luar angkasa.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut detikBali sajikan penjelasan mengenai alasan astronaut kesulitan untuk berjalan setelah pulang dari luar angkasa. Yuk, simak!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kenapa Astronaut Susah Jalan Setelah Pulang dari Luar Angkasa?

1. Tinggal di Lingkungan Mikrogravitasi

Saat astronaut berada di luar angkasa, mereka tinggal dalam lingkungan mikrogravitasi yang hampir tidak memiliki gaya gravitasi yang memengaruhi tubuh mereka. Dalam kondisi ini, tubuh tidak perlu berusaha keras untuk melawan gravitasi.

ADVERTISEMENT

Kondisi mikrogavitasi ini menyebabkan penurunan kekuatan dan massa otot secara signifikan. Tanpa adanya beban gravitasi, otot-otot yang berfungsi untuk berdiri, bergerak, dan menjaga keseimbangan tidak perlu bekerja keras.

2. Kerusakan Sistem Keseimbangan Tubuh

Telinga bagian dalam memainkan peran yang sangat vital dalam menjaga keseimbangan tubuh. Salah satu komponen penting dalam telinga bagian dalam adalah organ otolith yang berfungsi untuk mendeteksi perubahan posisi dan gerakan tubuh relatif terhadap gravitasi.

Namun, dalam lingkungan mikrogavitasi di luar angkasa, organ otolith tidak lagi menerima sinyal gravitasi yang biasanya menjadi acuan untuk mengatur keseimbangan dan orientasi spasial.

Ketidakmampuan organ otolith untuk merespons gaya gravitasi ini menyebabkan gangguan pada sistem keseimbangan, sehingga mengakibatkan fenomena yang dikenal sebagai mabuk perjalanan luar angkasa.

Selama beberapa hari pertama setelah tiba di luar angkasa, banyak astronaut mengalami gejala-gejala seperti peningkatan suhu tubuh, keringat dingin, rasa malas, penurunan nafsu makan, mual, kelelahan, muntah, dan sakit kepala. Gejala-gejala ini terjadi karena tubuh mereka sedang berusaha menyesuaikan diri dengan kondisi mikrogavitasi yang baru.

3. Gangguan Jantung

Jantung berfungsi sebagai otot utama yang memompa darah ke seluruh tubuh dan memastikan distribusi oksigen dan nutrisi ke berbagai organ dan jaringan. Namun, dalam lingkungan mikrogavitasi, jantung tidak perlu bekerja sekeras biasanya untuk memompa darah.

Seiring berjalannya waktu, pengurangan beban kerja ini dapat menyebabkan perubahan fisiologis pada jantung. Salah satu dampaknya adalah penurunan ukuran dan kekuatan otot jantung. Tanpa kebutuhan untuk melawan gravitasi, otot jantung dapat mengalami atrofi atau penyusutan.




(nor/nor)

Hide Ads