Usulan susu ikan menjadi alternatif pengganti susu sapi pada menu program makan siang gratis Prabowo-Gibran menuai kontroversi. Banyak yang pro, tak sedikit pula yang kontra.
Ahli gizi dr Tan Shot Yen mengkritisi rencana itu. Dia bilang, sumber protein tak harus dari susu, terlebih susu ikan. Apalagi susu ikan harus melalui sejumlah pemrosesan untuk bisa menjadi bubuk, yang artinya termasuk pangan ultra-proses.
"Kalau bisa makan ikannya, kenapa mesti ada pabrik susu ikan? Di daerah nggak ada ikan? Ada aneka telur, unggas. Kita butuh literasi dan edukasi. Bukan nambah industri, ikan segar kaya manfaat dan bukan produk ultra-proses," kata Shot Yen, dilansir dari detikHealth, Kamis (12/9/2024).
Dia menyoroti harga susu ikan yang dinilai cukup mahal. Satu kaleng dibanderol Rp 120.000. "Harga segitu dapat berapa kilogram ikan bisa dimakan seisi rumah?" katanya.
"Harus paham masalah public health dan komunikasi literasi gizi, kalau tidak selamanya stunting akan meledak. Terapkan ekonomi sirkular, makmurkan rakyat lokal, bukan bikin cuan segelintir lingkaran elit," imbuhnya.
Kandungan Gula Tinggi
Spesialis gizi klinik dr Putri Sakti khawatir dengan sejumlah kandungan di produk susu ikan. Pasalnya, dalam sejumlah produk terdapat kandungan gula cukup tinggi yakni maltodekstrin.
dr Putri menegaskan maltodekstrin memiliki indeks glikemik lebih tinggi ketimbang gula pasir. Tentu hal ini menjadi catatan bagi anak-anak hingga orang dewasa dengan penyakit penyerta termasuk diabetes.
"Karena di beberapa merek (susu ikan), kandungan gulanya cukup tinggi lho. Kemudian juga ada tambahan maltodekstrin, padahal maltodekstrin, indeks glikemiknya jauh lebih tinggi dibandingkan gula pasir, jadi tentunya terutama untuk anak-anak itu nggak bagus," terang dr Putri.
"Apalagi, untuk kita orang dewasa yang punya risiko diabetes atau memang sudah mengalami diabetes tersebut," tegasnya.
Tak Tepat Disebut Susu Ikan
Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia Hardinsyah, yang juga Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) menekankan produk semacam itu tidak tepat bila didefinisikan sebagai susu. Seperti diketahui, layaknya susu kedelai hingga oatmeal, pemberian nama susu lebih baik diganti dengan jus atau sari, alih-alih tetap memakai diksi susu.
"Kalau berasal dari binatang, nggak ada kelenjar susunya disebutnya sari, kalau bahasa benarnya ya seperti sari kedelai, sari almond. Jadi kan harusnya disebut sari ikan atau jus ikan," jela Hardinsyah.
Artinya, susu merupakan sekresi normal dari kelenjar susu hewan perah yang diperoleh dari satu atau lebih pemerahan. Walhasil, tidak mencakup susu ikan yang didapat dari hasil pemrosesan dan tidak ada sekresi alami.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya...
Simak Video "Video: Bagi-bagi Makan Gratis Tiap Hari, Bagaimana Cara Masjid Ini Konsisten?"
(dpw/dpw)