Legenda Manik Angkeran, Terbentuknya Selat Bali

Legenda Manik Angkeran, Terbentuknya Selat Bali

Husna Putri Maharani - detikBali
Selasa, 21 Mei 2024 20:56 WIB
Legenda Manik Angkeran, terbentuknya Selat Bali. (dok 
MTsN 4 Sidoarjo)
Foto: Legenda Manik Angkeran, terbentuknya Selat Bali. (dok MTsN 4 Sidoarjo)
Denpasar -

Legenda Manik Angkeran adalah cerita rakyat dari Bali yang berkaitan dengan asal usul terbentuknya Selat Bali. Cerita rakyat ini cukup terkenal dan sering dibahas di seluruh nusantara.

Terbentuknya Selat Bali dipercaya sebagai hasil dari perbuatan Manik Angkeran yang gila harta dan gemar judi. Namun menurut data Geologi, Selat Bali ini telah terbentuk sejak 23 juta tahun yang lalu.

Lantas bagaimana cerita dari legenda Manik Angkeran ini sendiri? Simak kisahnya berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Legenda Manik Angkeran

Dahulu kala di kerajaan Daha, tinggal seorang Brahmana terkenal bernama Sidi Mantra yang sangat dihormati karena kehebatannya. Sanghyang Widya atau Batara Guru memberinya harta dan seorang istri cantik sebagai hadiah. Setelah beberapa tahun menikah, mereka dikaruniai seorang anak yang diberi nama Manik Angkeran.

ADVERTISEMENT

Meskipun Manik Angkeran tampan dan cerdas, ia memiliki kelemahan yakni gemar berjudi. Dia sering kalah dalam perjudian, bahkan sampai harus mempertaruhkan kekayaan orang tuanya dan berutang pada orang lain.

Ketika tidak mampu melunasi utangnya, Manik Angkeran meminta bantuan ayahnya. Sidi Mantra kemudian berpuasa dan berdoa untuk memohon pertolongan dewa-dewa. Mendengar suara misterius, dia diberi tahu tentang harta karun yang dijaga oleh Naga Besukih di kawah Gunung Agung.

Sidi Mantra menghadapi segala rintangan untuk mencapai Gunung Agung. Setibanya di sana, dia memanggil Naga Besukih dengan membunyikan genta dan mantra. Naga itu kemudian muncul dan memberikan emas dan intan kepada Sidi Mantra.

Semua harta yang didapatkan itu diberikan kepada Manik Angkeran dengan harapan agar ia tidak lagi berjudi. Namun, harta itu habis untuk taruhan dalam waktu singkat. Manik Angkeran meminta bantuan ayahnya lagi, namun kali ini ditolak.

Manik Angkeran kemudian mendengar dari temannya tentang harta di Gunung Agung itu dan mencoba untuk mendapatkannya sendiri. Meskipun tidak pernah mempelajari doa atau mantra, dia pergi dengan membawa genta yang dicuri dari ayahnya.

Setibanya di Gunung Agung, dia membunyikan genta dan muncullah Naga Besukih. Naga itu setuju memberikan harta kepadanya asalkan dia berjanji untuk berubah perilakunya dan tidak berjudi lagi.

Namun, ketika melihat harta yang ditawarkan, Manik Angkeran tergoda untuk mendapatkan lebih banyak lagi. Dengan cepat, dia memotong ekor Naga saat Naga kembali ke sarangnya. Manik Angkeran melarikan diri, namun akhirnya terbakar menjadi abu oleh kesaktian Naga.

Sidi Mantra, yang sangat sedih mendengar nasib anaknya, memohon kepada Naga Besukih untuk menghidupkan kembali Manik Angkeran. Naga setuju asal ekornya dikembalikan.

Dengan kesaktiannya, Sidi Mantra mengembalikan ekor Naga, dan Manik Angkeran dihidupkan kembali. Dia minta maaf dan berjanji untuk menjadi baik. Namun, Sidi Mantra menyadari bahwa mereka tidak bisa hidup bersama lagi.

"Kamu harus memulai hidup baru tetapi tidak di sini," katanya, lalu dia menghilang. Di tempatnya berdiri, timbul sebuah sumber air yang semakin besar hingga akhirnya menjadi laut. Dengan tongkatnya, Sidi Mantra membuat garis untuk memisahkan dirinya dan sang putra. Tempat itu sekarang dikenal dengan Selat Bali yang memisahkan Pulau Jawa dengan Pulau Bali.


Artikel ini ditulis oleh Husna Putri Maharani peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads