Presiden Iran Dipastikan Tewas Saat Tragedi Helikopter Jatuh, Begini Sosoknya

Presiden Iran Dipastikan Tewas Saat Tragedi Helikopter Jatuh, Begini Sosoknya

Tim detikNews - detikBali
Senin, 20 Mei 2024 15:15 WIB
FILE PHOTO: Iranian President Ebrahim Raisi gestures during a meeting with Venezuelas President Nicolas Maduro at the Miraflores Palace, in Caracas, Venezuela June 12, 2023. REUTERS/Leonardo Fernandez Viloria/File Photo
Potret Presiden Iran Ebrahim Raisi yang tewas dalam kecelakaan helikopter. (Foto: REUTERS/Leonardo Fernandez Viloria)
Bali -

Presiden Iran Ebrahim Raisi dan menteri luar negerinya Hossein Amir-Abdollahian dipastikan tewas dalam kecelakaan helikopter. Helikopter yang mereka tumpangi terjatuh di kawasan hutan lindung pegunungan Dizmar, Azerbaijan Timur, Minggu (19/5/2024).

Bulan Sabit Merah Iran mengungkapkan jenazah Raisi dan para pejabat lainnya yang tewas dalam tragedi tersebut telah ditemukan. Operasi pencarian pun telah berakhir.

"Kami sedang dalam proses memindahkan jasad para martir ke Tabriz di barat laut Iran," kata Kepala Bulan Sabit Merah Pirhossein Koolivand, seperti dikutip dari detikNews, Senin (20/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, helikopter tersebut disebut mengangkut sembilan orang yang terdiri dari tiga pejabat, seorang imam, dan anggota tim penerbangan dan keamanan. Sembilan orang tersebut, antara lain: Presiden Iran Ebrahim Raisi, Menteri Luar Negeri Hossein Amir Abdollahian, Gubernur Provinsi Azerbaijan Timur Malek Rahmati, imam salat Jumat Tabriz Imam Mohammad Ali Alehashem. Selain itu, seorang pilot, kopilot, kepala kru, kepala keamanan dan pengawal lainnya.

Wujud Helikopter yang Bawa Presiden Iran Sebelum TerjatuhPenampakan helikopter yang mengangkut Presiden Iran sebelum terjatuh. Foto: Reuters

Sosok Presiden Iran Ebrahim Raisi

Ebrahim Raisi menjabat sebagai Presiden Iran selama periode penuh gejolak konfrontasi di luar negeri dan protes massal di dalam negeri. Pria berusia 63 tahun itu selalu mengenakan sorban hitam dan jubah saat tampil di publik.

ADVERTISEMENT

Raisi mengawali karirnya pada tahun-tahun setelah revolusi Islam tahun 1979. Ia terpilih sebagai Presiden Iran pada 2021 untuk menggantikan Hassan Rouhani.

Kepemimpinan Raisi diikuti dengan aksi-aksi protes dan ketegangan selama bertahun-tahun yang penuh gejolak. Ia diketahui dekat dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

Seperti Khamenei, Raisi kerap berbicara keras ketika Iran bersitegang dengan Amerika Serikat dan Israel. Ia menyebut kedua negara tersebut sebagai musuh bebuyutannya.

Seperti kelompok ultrakonservatif lainnya, Raisi juga mengkritik keras kubu pendahulunya. Terutama setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara sepihak menarik AS dari pakta nuklir pada tahun 2018 dan menerapkan kembali sanksi-sanksi terhadap Iran.

Raisi pun mengambil kendali negara yang sedang mengalami krisis sosial dan ekonomi. Setelah mencitrakan dirinya sebagai pembela masyarakat miskin dalam pemberantasan korupsi, Raisi mengumumkan langkah-langkah penghematan yang disertai dengan kenaikan harga beberapa bahan pokok.

Tingginya biaya hidup akibat kebijakan Raisi itu memicu kemarahan publik. Pada akhir 2022, gelombang protes nasional meletus. Hal itu menyusul kematian Mahsa Amini di dalam tahanan setelah penangkapannya karena diduga melanggar aturan berpakaian Islami yang ketat untuk perempuan.




(iws/gsp)

Hide Ads