Eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah kembali memanas setelah Iran menyerang Israel menggunakan ratusan rudal dan drone. Bahkan, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres menyebut konflik antara Iran dan Israel membuat Timur Tengah di ambang kehancuran.
Sejumlah negara turut bereaksi terkait konflik kedua negara tersebut. Yordania, misalnya, menembak jatuh drone-drone Iran yang sedang dalam perjalanan menyerang Israel. Pengakuan Yordania, langkah itu diambil untuk melindungi warganya dari bahaya.
"Sejumlah pecahan peluru jatuh di banyak tempat saat itu tanpa menimbulkan kerusakan berarti atau melukai warga," kata kabinet pemerintahan Yordania, dikutip dari detikNews, Senin (15/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Angkatan bersenjata kami akan melawan apapun yang dapat membahayakan keamanan dan keselamatan dari tanah air dan warganya, dan kebersihan ruang udara serta teritori," kata media pemerintah Yordania yang melaporkan hal ini.
Pemerintah Yordania mendesak semua pihak untuk menahan diri. Sebab, situasi di Timur Tengah ini bisa membahayakan.
Sementara itu, warga di pinggiran kota Marj al Hamam berkumpul melihat puing-puing drone Iran yang jatuh di kawasan komersial, kemarin malam. Di Amman, Ibu Kota Yordania, drone yang ditembak jatuh juga disaksikan oleh warga.
Terkait reaksi Yordania tersebut, Iran tidak terima. Al Arabiya melaporkan Iran akan menyerang Yordania bila masih mengahalang-halangi serangan ke Israel.
"Militer Iran dengan hati-hati memantau pergerakan Yordania selama serangan penghukuman terhadap rezim Zionis, dan jika Yordania melakukan intervensi, maka Yordania akan menjadi target berikutnya," tegas laporan kantor berita Fars, yang mengutip sumber informasi dari Angkatan Bersenjata Iran.
Awal Mula Konflik Iran Vs Israel
Pada Sabtu (13/4/2024) malam, Iran melancarkan serangan langsung terhadap musuh lamanya, Israel. Untuk pertama kalinya, Iran menembakkan lebih dari 300 rudal dan drone ke Israel. Hampir semuanya dicegat oleh Israel dan negara lain, termasuk Amerika Serikat, Yordania, dan Inggris.
Serangan yang dilancarkan Iran terhadap Israel itu merupakan pembalasan atas serangan mematikan terhadap konsulatnya di Damaskus, Suriah, pada awal April lalu. Serangan Israel ketika itu menewaskan 16 orang, termasuk dua jenderal Iran. Dua jenderal Iran itu adalah Brigadir Jenderal Mohammad Reza Zahedi dan perwira tinggi lainnya, Brigadir Jenderal Mohammad Hadi Haji Rahimi.
Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, mengatakan Iran meluncurkan lebih dari ratusan proyektil ke Israel pada Sabtu. Sebagian besar dari proyektil tersebut telah dicegat oleh sistem pertahanan udara dan bantuan dari Sekutu.
"Aksi militer Iran merupakan respons terhadap agresi rezim Zionis terhadap lokasi diplomatik kami di Damaskus," kata misi tetap Iran di PBB di akun media sosial X, Minggu (14/4/2024).
Iran memperingatkan AS untuk tak ikut campur dalam konflik mereka dengan Israel setelah Teheran melancarkan serangan udara. Serangan yang dilancarkan Iran sebagai pembalasan atas serangan mematikan terhadap konsulatnya di Damaskus, Suriah.
"Jika rezim Israel melakukan kesalahan lagi, tanggapan Iran akan jauh lebih parah," katanya. "Ini adalah konflik antara Iran dan rezim Israel yang jahat, dan AS harus menjauhinya!" tambahnya.
Sekjen PBB Sebut Timur Tengah di Ambang Kehancuran
Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan masyarakat internasional agar tidak terlibat lebih jauh dalam konflik antara Iran dan Israel. Dia menyebut konflik itu membuat Timur Tengah kini berada di ambang kehancuran.
"Baik kawasan ini maupun dunia tidak mampu menanggung lebih banyak perang," kata Guterres saat berbicara kepada Dewan Keamanan dalam pertemuan mengenai serangan Iran terhadap Israel, dilansir AFP, Senin (15/4/2024).
"Timur Tengah berada di ambang kehancuran," sambungnya.
Guterres mengatakan masyarakat yang berada di kedua wilayah itu menghadapi bahaya nyata. Sekarang ini, Guterres berujar, adalah waktunya untuk meredakan ketegangan.
"Masyarakat di kawasan ini menghadapi bahaya nyata dari konflik berskala penuh yang menghancurkan. Sekaranglah waktunya untuk meredakan dan mengurangi ketegangan," tambahnya, sambil menyerukan pengendalian diri semaksimal mungkin.
(iws/iws)