Kisah Almarhum Pande Ketut Krisna Temukan Oleh-oleh Baju Barong Bali

Kisah Almarhum Pande Ketut Krisna Temukan Oleh-oleh Baju Barong Bali

I Wayan Sui Suadnyana, Putu Krista - detikBali
Kamis, 07 Mar 2024 17:28 WIB
Penemu oleh-oleh kaos khas Bali baju barong Pande Ketut Krisna semasa hidupnya (Istimewa).
Foto: Penemu oleh-oleh kaos khas Bali baju barong Pande Ketut Krisna semasa hidupnya (Istimewa).
Gianyar -

Pande Ketut Krisna, pencetus oleh-oleh 'baju barong' khas Bali berpulang. Krisna wafat pada usia 78 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Ngoerah Denpasar, Kamis (29/2/2024) karena sakit.

"Nama bapak terukir dari karyanya berupa baju barong," kata salah satu anak almarhum, Pande Nyoman Yudi Sutrisna, saat dikonfirmasi detikBali, Rabu (7/3/2024).

Baju barong adalah kaos yang menjadi oleh-oleh khas asli Bali. Kaos unik ini bisa didapatkan hampir di semua toko oleh-oleh Bali, terlebih di Pasar Seni Sukawati, Gianyar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baju barong biasanya dibuat dengan kain rayon yang disablon dengan gambar barong di bagian depan atau belakang. Barong adalah figur dalam mitologi Hindu Bali yang diidentikkan sebagai kekuatan baik (dharma).

Yudi mengisahkan ayahnya yang menemukan oleh-oleh baju barong. Menurut Yudi, kaus barong ditemukan tanpa sengaja oleh ayahnya pada 1969. "Kini sudah ada hampir di seluruh toko oleh-oleh di Indonesia, tidak hanya di Bali," katanya.

ADVERTISEMENT
Penemu oleh-oleh kaos khas Bali baju barong Pande Ketut Krisna semasa hidupnya (Istimewa).Penemu oleh-oleh kaos khas Bali baju barong Pande Ketut Krisna semasa hidupnya. (Istimewa)

Kaus barong ditemukan saat Krisna sedang melakukan percobaan untuk warna kain endek yang kala itu sangat terbatas, yakni warna dasar hitam dipadu biru, hitam dipadu hijau, dan coklat. Kala bereksperimen, saat pencelupan benang, tercipta warna-warna berbeda dan membentuk gambar barong.

Gambar barong kemudian dikembangkan menggunakan kain rayon dan eksis hingga sekarang. Desain sederhana dan harga yang terjangkau membuat baju barong dengan dasar kain polos laris manis di pasar oleh-oleh.

"Dulu bapak menjual pertama kali di obyek wisata seperti di Ubud dan Kuta keliling, harganya saat itu sekitar Rp 1.500 per kaus, dan menjadi berkah keluarga hingga saat ini," ungkap Yudi.

Yudi mengatakan ayahnya tidak pelit ilmu sehingga banyak yang belajar melukis barong di baju. Baju barong akhinya menjamur dengan model dan corak beragam. Menurut Yudi, tidak pernah ada diniatkan untuk mendaftarkan temuan baju barong ke dalam Hak Kekayaan Intelektual (HaKI).

Di sisi lain, Yudi juga menceritakan mengenai sosok sang ayah selama hidupnya. Menurut Yudi, ayahnya adalah sosok panutan keluarga dan banyak memberikan bekal hidup untuk anak dan menantunya.

Saat ini keluarga almarhum sedang mempersiapkan upacara pengabenan di kuburan (setra). Ngaben rencananya dilaksanakan di Setra Desa Beng, Gianyar, Rabu (10/4/2024) mendatang.

"Kami tinggal di Batubulan, tapi untuk upacara ngaben akan dilaksanakan di Setra Beng karena dari sana asalnya," jelas Yudi.




(nor/dpw)

Hide Ads