.webp)
Tanda-tanda kiamat muncul dari bawah tanah dan Samudra Atlantik. Makin lama air makin surut dan perubahan iklim jelas terlihat di sana.
Dilansir dari detikINET, Selasa (27/2/2024), kondisi tersebut membawa dampak buruk bagi bumi. Satu penelitian menemukan bahwa jumlah air di Samudra Atlantik menyusut signifikan dibanding 30-40 tahun lalu.
Dalam catatan penelitian dari UC Santa Barbara, penyusutan mencapai mencapai 71%, jauh di atas 16% pada periode 1980-1990 lalu. Ini menjadi tanda bahwa bumi di ambang kehancuran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, penurunan terjadi tiga kali lipat pada beberapa tempat dari yang diperkirakan sebelumnya. Penelitian ini didapatkan dari pengumpulan data dari catatan nasional, subnasional, serta lembaga lainnya.
Perubahan iklim juga terlihat jelas di Samudera Atlantik, di mana titik kerusakan sirkulasi Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC) dilaporkan terjadi lebih cepat. AMOC adalah arus teluk dan arus kuat lainnya.
Ini merupakan sabuk pengangkut laut yang membawa panas, karbon dan nutrisi dari daerah tropis ke Lingkaran Arktik yang menjadi tempat mendingin dan tenggelam ke laut dalam.
Ditemukan bahwa AMOC berada dalam perubahan yang mendadak. Kejadian ini bahkan belum pernah terjadi sejak lebih dari 10.000 tahun lalu dan dampaknya bakal meluas pada sebagian besar dunia.
Berdasarkan penelitian, perubahan suhu pada permukaan laut akan dalam titik kritis terjadi antara 2025-2095. Namun temuan tersebut dibantah oleh Kantor Meteorologi Inggris.
"Sangat tidak mungkin terjadi pada abad ke 21," tulis lembaga tersebut.
Artikel ini telah tayang di detikINET. Baca selengkapnya di sini!
(dpw/dpw)
