Pembuat film (filmmaker) asal Bali resah. Pasalnya, kemajuan industri film di Pulau Dewata berjalan sangat lambat.
"Permasalahan film di Bali memang berjalan, tapi terkesan jalannya lambat," ungkap Founder CV Luar Kotak Production Dodek Sukahet saat kegiatan diskusi dan screening film di Teramantara, Denpasar, Minggu (4/2/2024).
Dodek melihat industri film luar negeri sudah berjalan jauh ke depan. Sebab, mereka tahu betapa pentingnya film, baik sebagai alat propaganda, alat untuk promosi kebudayaan, dan sebagainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dodek menilai saat ini masyarakat Bali belum aware tentang pentingnya film. Padahal film mempunyai kekuatannya besar.
"Karena di luar negeri pelaku filmnya kayak pejabat jadi seperti ada protokolnya, bypass by pemerintah, jadi film di luar negeri dianggap penting sekali," tutur Dodek.
Saat ini, lanjutnya, masyarakat Indonesia lebih menyukai drama Korea. Melalui film, Korea dapat mempromosikan berbagai aspek dari negaranya. Dodek menilai upaya itu berhasil dengan adanya peningkatan kunjungan pariwisata maupun penjualan produk kosmetik asal Korea.
"Jadi negara-negara lain udah concern dalam film, kenapa kita nggak? Dari film mereka bisa promosi rumah sakitnya, promosi gunungnya, juga dari film mau propaganda mau jadi negara apa," terangnya.
Dodek dan pelaku film lainnya mengaku siap bersaing dengan siapapun. Namun, permasalahannya saat ini, mereka tidak tahu langkah-langkah agar film yang bisa dibuat bisa dikenal dan tayang di bioskop maupun mendapat dana pembuatan film.
"Kami siap bersaing dengan siapa saja, tapi kami nggak tau jalannya ke mana, gimana cara film kami bisa sampai ke bioskop, gimana kami mendapat dana miliaran itu kami nggak tahu," ungkapnya.
Dodek berharap agar pemerintah dapat sering berkomunikasi dengan pelaku film. Tanpa sering komunikasi, mereka tidak akan tahu masalah yang sebenarnya terjadi.
"Jadi kami perlu stakeholder-nya langsung agar tau persis bagaimana masalah di bidang tersebut. Jadi intinya komunikasi itu yang kurang," jelas Dodek.
(hsa/iws)