Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian menyinggung soal Jepang yang populasinya semakin banyak tinggal di perkotaan. Tito tak ingin Indonesia seperti Jepang yang masyarakatnya tinggal di daerah hanya sekitar 10 persen.
"Kita belajar dari pengalaman negara-negara yang sudah terlanjur masyarakatnya hidup di kota. Jepang itu 90 persen lebih masyarakatnya tinggal di daerah metropolitan," kata Tito seusai menghadiri pembukaan acara "Opening Ceremony of The 6th ASEAN Smart Cities Network Annual Meeting" di Intercontinental Resort Bali, Jimbaran, Rabu (12/7/2023).
Menurut Tito, kota-kota di Jepang penuh dengan persaingan dan biaya hidup yang sangat mahal. "Kota besar (di Jepang) yang sangat kompetitif, biaya hidup mahal, karena biaya hidup mahal, mereka fokus pendidikan, jadi bisa mencari pekerjaan yang baik," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Walhasil, Tito mengatakan banyak warga Jepang yang ujung-ujungnya enggan untuk menikah. Akibatnya, sambung dia, pertumbuhan penduduk minus.
"Yang usia tua (aging population) istilahnya banyak, tapi yang muda usia produktif kurang," paparnya.
Tito menyebut hal ini dapat menimbulkan petaka ke depannya. Ia mengambil contoh pembuatan infrastruktur bakal melambat. Oleh karena itu, dia tak ingin Indonesia mengalami hal tersebut.
"Nah, ini (urbanisasi besar-besaran) bisa menimbulkan masalah ke depannya. Pembangunan agak lamban. Kami tidak menginginkan situasi terjadi di Indonesia," tandasnya.
(nor/nor)











































