"Tadi petugas kami sudah ke lokasi untuk melakukan pemeriksaan, sapi yang mati tersebut diduga karena kembung perut akibat keracunan," kata Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Karangasem I Nyoman Siki Ngurah, Minggu (11/6/2023).
Namun untuk memastikan apakah sapi tersebut mati karena keracunan makanan atau lainnya, Siki Ngurah mengaku sudah mengambil beberapa sampel seperti air liur dan sisa makanan untuk kemudian dikirim ke laboratorium BBVet Denpasar.
"Jadi saya bisa pastikan bahwa sapi tersebut mati bukan karena PMK (penyakit mulut dan kuku) tapi karena keracunan. Selain karena sapi tersebut sudah dapat vaksin gejalanya juga bukan seperti kasus PMK. Di mana untuk kasus ini sapinya mati secara mendadak," jelas Siki Ngurah.
Siki Ngurah juga mengatakan jumlah sapi yang mati kemarin hanya dua ekor karena satu ekor masih bisa diselamatkan. Namun, kondisinya masih belum stabil tapi petugas sudah menyuntikkan obat supaya kondisinya semakin membaik.
Siki Ngurah menuturkan I Nengah Ngatag sebelumnya punya enam ekor sapi. Namun tiga bulan lalu juga mati secara mendadak tapi tidak dilaporkan ke pihak manapun. Kemudian, dua ekor kembali mati mendadak.
Atas kejadian tersebut, Siki Ngurah mengimbau kepada para peternak sapi yang ada di Karangasem agar lebih memperhatikan pakan yang diberikan kepada ternaknya. Akan lebih baik, jika memberi makan daun kepada ternak agar menunggu sedikit layu. Namun, jika pakan rumput masih bisa langsung diberikan.
"Saya harap para peternak selalu memperhatikan pakan sebelum diberikan ke ternaknya. Supaya kejadian serupa tidak terulang kembali tapi kami masih menunggu hasil laboratorium dulu untuk memastikan hal itu apakah benar keracunan karena makanan yang lain," kata Siki Ngurah.
(nor/nor)