Menggali Asal-usul Kremasi yang Ada Dari Ribuan Tahun Lalu

Menggali Asal-usul Kremasi yang Ada Dari Ribuan Tahun Lalu

Maura Rosita Hafizha - detikBali
Senin, 20 Feb 2023 14:31 WIB
Biksu Buddha mengawasi pembuatan tungku kremasi di kuil Wat Rat Samakee di Uthai Sawan, timur laut Thailand, Senin (10/10/2022) waktu setempat. Puluhan tungku ini dibangun untuk mengkremasi jazad para korban pembantaian di tempat penitipan anak yang terjadi pada Kamis (6/10).
Foto: AP/Sakchai Lalit
-

Istilah kremasi atau ngaben biasanya dilakukan oleh umat hindu yang melaksanakan upacara pembakaran jenazah yang dipercaya untuk menyempurnakan jenazah kembali ke Sang Pencipta. Secara umum, asal usul kremasi telah ada sejak 1000 tahun yang lalu sebelum Masehi.

Di artikel ini, kita akan belajar lebih untuk mengetahui bagaimana sejara terbentuknya kremasi, tujuan kremasi, dan juga proses kremasi. Yuk, simak bersama-sama penjelasan lengkapnya di bawah ini!

Sejarah Kremasi

Diunggah dari situs resmi Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (yankes.kemkes.go.id), kata kremasi berasal dari bahasa latin cremationem (crematio), yang berarti membakar atau dimakan api. Kata Crem merupakan kepanjangan dari kata dasar ker yang berarti panas api.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari e-paper situs e-journal.uajy.ac.id, kremasi atau pengabuan merupakan praktik penghilangan jenazah manusia dengan cara dibakar, dan biasanya dilakukan di krematorium. Budaya kremasi muncul sejak zaman Yunani Kuno, saat itu pembakaran dilakukan di ruang terbuka dan mayat langsung diletakkan di atas tumpukan kayu.

Pembakaran jenazah sejak 1000 tahun SM merupakan kebiasaan umum negara Jerman yang telah dibuktikan dengan penemuan periuk-periuk berisi abu jenazah dari zaman perunggu. Pada awal abad ke-19, kremasi menjadi terkenal dan dilakukan dengan cara modern yakni proses pembakaran dalam tungku kremasi, di mana jenazah tidak langsung bersentuhan dengan api.

ADVERTISEMENT

Kremasi juga menjadi pilihan yang dipilih selain pemakaman umum. Saat ini, negara Italia 6,5% penanganan jenazah di negara tersebut dilakukan dengan cara kremasi, Amerika dengan 27,12%, Inggris dengan 70,70%, dan negara terbanyak melakukan proses kremasi adalah negara Jepang yang hampir menembus 100%, penduduknya memilih kremasi sebagai pilihan terbaik.

Tradisi kremasi merupakan budaya masyarakat keturunan Tionghoa yang tinggal di Indonesia. Walaupun sebagai minoritas, tradisi kremasi masih dipegang teguh oleh mereka yang pelaksanaannya disesuaikan dengan ajaran agama yang diyakini masyarakat tersebut.

Dalam proses pembakaran jenazah, penghancuran terjadi secara fisik kimiawi, semua ikatan kimia dari zat organik langsung terurai, serta dilepaskannya gas-gas dan sisa unsur karbon, nitrogen, dan air. Unsur dasar dari makhluk hidup seperti karbon, nitrogen, hidrogen, besi, fosfor, dan sebagainya akan hancur dan terurai menjadi komposisi yang lebih sederhana.

Tujuan Kremasi

Dimuat dari e-paper berjudul Ritual Kremasi Etnis Tionghoa di Rumah Duka Rumbai Pekanbaru oleh Depi Madona, upacara kremasi dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi permintaan terakhir dari almarhum ataupun melakukan tradisi turun temurun yang dipercayai dalam kelompok masyarakat. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi upacara kremasi yang dilakukan pada kelompok masyarakat itu sendiri, salah satu faktor utama adalah faktor ekonomi.

Prosesi Kremasi

Setelah mempelajari sejarah dan tujuan kremasi, berikut adalah prosesi kremasi:

  • Dalam proses kremasi, keluarga jenazah harus mengurus perizinan kremasi dengan melengkapi dokumen yang telah disediakan oleh pihak krematorium. Keluarga jenazah juga dapat menentukan siapa yang berhak untuk mengambil abu jenazah.
  • Sebelum dilakukan kremasi, jenazah akan dimandikan dan diberi pakaian. Peralatan medis, perhiasan, ataupun aksesoris lainnya akan dikembalikan kepada keluarga.
  • Peti jenazah akan dibakar bersama jenazah yang ada di dalamnya.
  • Jenazah akan dimasukkan ke dalam tungku pembakaran yang memiliki suhu 760 hingga 1000 C. Dengan suhu tinggi, akan membantu membakar bagian-bagian dari tubuh seperti tulang, rambut, kulit, otot, dan jaringan lunak yang akan menjadi sisa tulang dan abu. Waktu yang dibutuhkan untuk pembakaran sempurna antara 1,5 - 3 jam. Durasi ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti ukuran tubuh jenazah, suhu tungku kremasi dan jenis tungku/peralatan yang digunakan untuk melakukan kremasi.
  • Dari proses kremasi dihasilkan abu sebanyak 1-4 kg tergantung ukuran tubuh jenazah, yang sebagian diantaranya terdiri dari fragmen-fragmen tulang. Abu yang telah terkumpul dipisahkan dan dimasukkan kedalam tempat yang telah disediakan dan kemudian dilakukan serah terima abu jenazah kepada pihak keluarga.
  • Berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jenazah yang meninggal dengan diagnosis COVID-19 tetap dapat dilakukan proses kremasi. Sebelum dilakukan kremasi, harus dipastikan tidak terdapat cairan yang mengalir keluar dari tubuh jenazah. Tempat pembakaran jenazah harus dibersihkan segera setelah digunakan.
  • Jenazah yang terbakar dalam suhu tinggi akan menyebabkan kondisi yang disebut pugilistic attitude dimana posisi tubuh seperti petinju atau posisi bertahan. Karakteristiknya adalah adanya fleksi/tekukan pada siku, lutut, pinggul dan leher dengan posisi tangan mengepal yang disebabkan karena suhu yang sangat tinggi yang mengakibatkan kekakuan dan pemendekan otot.

Itulah pembahasan mengenai asal usul kremasi. Semoga bisa bermanfaat untuk detikers yang ingin mempelajari lebih dalam tentang sejarah kremasi.




(khq/fds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads