Wilayah fungsional merupakan sebuah wilayah yang dicirikan dengan adanya kegiatan yang saling berhubungan antara beberapa pusat kegiatan secara fungsional. Contoh paling mudah untuk memahami konsep wilayah fungsional ini adalah dengan melihat kota metropolitan, salah satunya DKI Jakarta.
Apa sih yang membedakan wilayah fungsional dengan jenis wilayah yang lain? Nah, dalam artikel ini, kita akan mengenal lebih jauh mengenai wilayah fungsional melalui pengertian dan ciri-cirinya. Simak penjelasan berikut hingga akhir, ya.
Pengertian Wilayah Fungsional
Dikutip dari situs tarubali.baliprov.go.id, wilayah fungsional adalah wilayah yang terintegrasi secara internal, di mana bagian-bagian dari wilayah tersebut satu sama lain saling berinteraksi secara lebih intensif dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, menurut situs maputripuimajalengka.sch.id, wilayah fungsional adalah wilayah yang didasarkan atas konsep heterogenitas. Wilayah fungsional tercermin dengan adanya suatu pola interdependensi dan pola interaksi gejala-gejala yang terdapat di wilayah yang bersangkutan.
Wilayah ini juga kerap dikenal sebagai nodal region atau organic region. Penamaan wilayah fungsional sendiri diberikan berdasarkan kekhasan daerah tersebut. Jika wilayah fungsional memiliki konsep heterogenitas, maka kebalikannya adalah wilayah yang memiliki konsep homogenitas yakni wilayah formal.
Wilayah formal sendiri adalah suatu wilayah yang dibentuk oleh adanya kesamaan kenampakan, antara lain kenampakan fisik muka bumi, iklim, tanah, bentuk lahan, vegetasi, dan penggunaan lahan.
Kembali ke wilayah fungsional. Penekanan utama wilayah fungsional sesuai dengan namanya adalah pada hubungan fungsionalnya. Dapat disimpulkan bahwa wilayah fungsional terkait dengan interaksi yang berlangsung, baik yang bersifat fisik maupun sosial.
Interaksi fisik meliputi interaksi antara kota yang dikelilingi daerah sekitarnya. Sementara interaksi sosial meliputi interaksi antara masyarakat yang ada di dalam daerah-daerah tersebut yang menghasilkan perbedaan struktur masyarakat yang saling melengkapi.
Untuk ciri-ciri dan contohnya yang lebih jelas, mari kita pelajari pada bagian selanjutnya.
Ciri-ciri Wilayah Fungsional
Mengutip Modul Kelas XII Geografi oleh Kemdikbud serta situs maputripuimajalengka.sch.id, wilayah fungsional memiliki ciri-ciri antara lain:
- Adanya arus barang, ide atau gagasan, dan manusia antara satu daerah dan daerah lainnya yang saling berkaitan.
- Adanya sebuah pusat atau node yang menjadi pusat pertemuan arus barang, ide/gagasan, dan manusia secara terorganisir.
- Adanya kegiatan yang saling berhubungan antara beberapa pusat kegiatan secara fungsional.
- Adanya arus transportasi dan komunikasi yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan dari setiap wilayah tersebut.
- Antara satu daerah dan daerah lainnya yang berkaitan saling menyokong pemenuhan kebutuhan meskipun mungkin berbeda secara fisik.
- Adanya wilayah yang semakin meluas.
- Adanya jaring-jaring rute tempat berlangsungnya kegiatan tukar-menukar.
- Adanya pola ketergantungan atau interdependensi antara satu wilayah dan wilayah lainnya yang saling bersangkutan.
Contoh Wilayah Fungsional
Berikut beberapa contoh wilayah fungsional mengutip Modul Kelas XII Geografi Kemdikbud dan Risal Gunawan dalam scribd.com.
1. Kota Metropolitan
Contoh wilayah yang termasuk wilayah fungsional adalah kota metropolitan. Wilayah metropolitan dapat dikatakan sebagai wilayah fungsional karena perannya sebagai pusat dari sebuah sistem yang terintegrasi dengan wilayah lain, misalnya sistem transportasi wilayah, pusat kegiatan pemerintahan, dan sarana-prasarana kegiatan keuangan utama.
Misalnya wilayah DKI Jakarta. Jakarta merupakan node atau pusat dari negara Indonesia. Seluruh kegiatan dan aktivitas yang berkaitan dengan ekonomi, administrasi, pemerintahan, kesehatan, pendidikan, hiburan, dan sebagainya berpusat di sini.
Kota Jakarta juga termasuk wilayah fungsional berkaitan dengan kota-kota di sekitarnya. Awalnya sebelum perkembangan, Jakarta tidak berkaitan dengan kota-kota di sekitar seperti Bekasi, Depok, Bogor, dan Tangerang. Namun, seiring berjalannya waktu, kota-kota di sekitar Jakarta ikut berkembang dan menjadi penyangga bagi Jakarta sebagai titik pusat atau node.
Dalam hal ini, Jakarta menjadi wilayah fungsional bagi pertumbuhan dan perkembangan kota-kota lain di sekitarnya. Sebaliknya, Bodetabek juga menjadi wilayah fungsional yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan kota Jakarta.
Hal yang sama juga terjadi pada kota-kota besar lain di Indonesia. Umumnya kota besar yang tergolong metropolitan memiliki kota-kota penyangga di sekitarnya. Kota-kota penyangga ini menjadi tempat tinggal bagi orang-orang yang banyak berkegiatan di titik node atau pusat.
2. Wilayah Industri
Contoh lainnya adalah wilayah industri, di mana wilayah ini merupakan pusat dari pabrik-pabrik. Pabrik-pabrik membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga akan menarik banyak orang untuk tinggal dan berkegiatan di sekitarnya. Dengan adanya suatu pabrik, akan tercipta suatu kesatuan hubungan dan pola ketergantungan antara pabrik sebagai node dengan daerah di sekitarnya yang beraktivitas di pabrik.
3. Kota Wisata
Conoth berikutnya adalah daerah wisata. Misalnya Bali dan Jogja. Kedua kota ini banyak dikunjungi oleh turis lokal maupun asing, sehingga dibutuhkan sarana-prasarana yang memadai seperti penginapan, transportasi, komunikasi, hiburan, dan sebagainya. Hal tersebut membuat daerah-daerah di sekitar node atau pusat wisata menjadi wilayah fungsional yang menyangga aktivitas pariwisata dengan menyediakan berbagai kebutuhan bagi wisatawan.
Demikian penjelasan tentang wilayah fungsional. Sekarang kamu bisa membedakan mana wilayah fungsional dan mana yang termasuk wilayah formal, detikers. Apakah tempat tinggalmu saat ini termasuk wilayah fungsional atau wilayah formal? Semoga informasi ini bermanfaat ya, detikers!
(des/fds)