Penata busana AA Ngurah Anom Mayun Konta Tenaya kembali dipercaya sebagai penata busana Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana untuk acara welcome dinner G20 di Garuda Wisnu Kencana (GWK), Selasa (15/11/2022) malam. Ketika itu, Jokowi dan Iriana mengenakan pakaian adat Bali.
Ngurah menjelaskan filosofi di balik busana adat Bali yang digunakan oleh Presiden Jokowi dan Ibu Negara. Dosen Desain Mode, Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar itu mengatakan, kostum tersebut terinspirasi dari pakaian kebesaran raja-raja Bali tempo dulu.
"Konsep bajunya adalah pekongan yang di mana pakaiannya tinggi dan melengkung di bagian belakang. Kemudian kampuh atau kain saputnya berasal dari kain songket asal Karangasem, Bali, yang berwarna merah dengan motif wijaya kusuma," kata Ngurah kepada detikBali, Rabu (16/11/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikutnya, warna hitam pada pakaian tersebut melambangkan warna suci Dewa Wisnu yang memiliki filosofi kesuburan. Konsep dan pemilihan warna pakaian untuk Jokowi itu menyesuaikan lokasi acara, yakni Garuda Wisnu Kencana.
![]() |
Sementara warna merah, kata Ngurah, merupakan warna yang melambangkan keberanian dan untuk motif wijaya kusuma merupakan motif keabadian.
"Dari Presiden tidak ada request khusus, semuanya diserahkan kepada kami. Beliau juga suka dan puas pada rancangannya," imbuhnya.
Ngurah mengaku, dirinya hanya diberikan waktu selama 3 hari untuk mengirimkan desain pakaian yang akan dipakai oleh orang nomor 1 di Indonesia tersebut. Meski tergolong singkat, hal itu tidak menjadi kendala. Terlebih, sebelumnya, Ngurah telah 3 kali menjadi penata busana bagi Presiden Jokowi.
"Saya berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik dan sesuatu yang paling baik di Bali untuk digunakan oleh seorang Presiden," ucap Ngurah.
Ngurah berharap agar para pejabat tinggi dapat menghargai dan mempromosikan busana tradisional. Terlebih, Indonesia memiliki banyak busana daerah yang indah dan megah.
"Sehingga busana kita bisa diketahui oleh masyarakat umum dan negara lainnya," pungkasnya.
(iws/dpra)